Kentut....????

Senin, 15 Februari 2010

Memasuki winter seperti saat ini, entah kenapa produksi ketutku meningkat tajam. Andaikata kentut memiliki nilai ekonomis, let’s say bisa di-kilo-in ke dalam tabung seperti halnya LPG, paling tidak peningkatan produksi kentut yang cukup signifikan seperti saat ini tentunya menggembirakan.

Berdasarkan survey (terhadap kentut sendiri tentunya) baik menggunakan analisa kuantitatif maupun analisa kualitatif, kentut yang tidak bersuara terbukti memiliki bau dengan kualitas lebih tinggi. Tentunya pembaca akan bertanya bagaimana mengukur korelasi intensitas aroma kentut “solo karir” alias kentut tanpa suara dengan kentut bersuara. Metode survey yang dilakukan cukup sederhana. Pada saat tiduran dimana rasa rasanya akan kentut, segeralah tutup seluruh badan dengan selimut dari ujung kaki hingga ujung rambut. Kemudian kentutlah secara natural tanpa daya dorong dari dalam tubuh. Sesaat setelah kentut keluar tunggulah hingga 5 menit dengan posisi badan tetap tertutup selimut seluruhnya. Enduslah dan nikmatilah aroma yang ada di dalam selimut. Believe it or not, kentut tanpa suara ternyata memiliki aroma bau yang lebih tinggi secara signifikan dengan standar deviasi kurang dari 5% dibandingkan kentut yang bersuara.




Secara matematis, tingkat suara dengan kualitas aroma kentut memiliki hubungan berbanding terbalik. Sementara aroma kentut dengan durasi waktu kentut memiliki hubungan berbanding lurus. Bila diformulasikan secara matematis memiliki rumus sbb:

AK = a . S-1 . F-1

AK adalah Aroma Kentut

a adalah durasi waktu proses keluarnya kentut. Semakin panjang durasi kentut, semakin besar volume kentut yang dikeluarkan, semakin tinggi kualitas kentut yang dihasilkan.

S adalah suara kentut. Semakin besar dan tinggi suara kentut semakin rendah bau yang dikeluarkan. Kentut nyaris tanpa suara mendekati titik aroma “sempurna”.
F adalah frekuensi antara kentut yang dikeluarkan dengan kentut selanjutnya. Semakin dekat jarak kentut yang satu dengan kentut selanjutnya semakin kurang konsentrasi kepekatan kentut.

Kualitas kentut merupakan fungsi dari makanan, durasi waktu kentut, kapasitas ruang, serta jarak antara sumber kentut dengan indra penciuman. Secara matematis bisa dituliskan dengan rumus sbb:

AK = f(M, T, V, S, e)

M adalah jenis makanan yang dimakan oleh si produsen kentut. Semakin bervariasi makanan yang dimakan, semakin “rame” aroma kentut yang dihasilkan.

T adalah durasi waktu antara satu kentut dengan kentut berikutnya.

V adalah volume ruang tempat kentut beredar. Semakin sempit ruang edar kentut semakin tinggi “kualitas” kentut yang bisa dihirup.

S adalah jarak antara sumber kentut dengan indra penciuman. Semakin dekat antara sumber kentut dengan indra penciuman, semakin “tinggi” kualitas kentut yang dihirup.

e elemen lain yang notasinya tidak diperhitungkan dalam fungsi matematis pengamatan.

Pagi ini udara sangat dingin dan teman teman sekamar belum ada yang bangun. So, rasa rasa ingin kentut, namun udara dingin membuatku enggan untuk keluar kamar barang sejenak untuk ngentut. Dengan posisi masih di dalam selimut, dengan harapan kentut kali ini tanpa suara, keluarlah kentut edisi perdana pagi itu. Namun tanpa dinyana edisi kali ini memiliki durasi 1 kentut yang cukup panjang dengan suara gemuruh. Satu persatu teman terbangun dan saling menggerutu bertanya siapa yang pagi pagi membuat polusi udara dan polusi suara. Dalam hati, bukannya terimakasih dikasih “ jam weker” gratis sehingga terbangun dan tidak terlambat ke kampus. Namun salah satu teman menduga bahwa sumber kentut berasal dari ranjangku. Teman yang lain segera berkomentar: “no wonder sering terjadi tsunami dan angin ribut di Indonesia, lha angin dari manusianya saja memiliki kekuatan dahsyat seperti itu, apalagi angin alami?”. Gw hanya mesam mesem di dalam selimut.

Menimpali komentar tersebut, gw segera melempar teka teki ke penghuni kamar, tentunya dalam bahasa Negara setempat. Kesemuanya masih dalam kondisi kemulan di ranjang masing masing. Tebakannya terkait dengan “weker” yang membangunkan seluruh penghuni kamar. Pertanyaannya bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai berikut:” kenapa kentut cowok suaranya lebih keras dibandingkan kentut cewek.” Mereka berpikir keras dan berusaha memberikan argumentasi ilmiah. Namun kesemua jawaban salah menurutku. Mereka give up dan balik bertanya. Jawabannya adalah cowok kalo kentut pakai “microphone” sedangkan cewek kentut tanpa “microphone” karena mereka tidak punya. Bagi yang tidak nyambung dengan gojek ini silahkan japri ke gw J. Mulai saat itu mereka memberiku julukan OSURCU. Asal katanya dari kata kerja OSURMAK yang berarti TO FART (English). OSURCU adalah bahasa setempat yang bila diterjemahkan ke bahasa Indonesia artinya tukang ngentut. Lha nek nganggo boso jowone artine ngentutan :)

Duduk duduk di taman sembari membaca or bercengkerama dengan teman or kerabat menjadi tradisi di Negara tempatku bermukim ini. Sekali waktu gw sendirian duduk di taman di luar area kampus sembari membaca buku untuk bahan presentasi sambil menunggu waktu untuk kuliah sesi kedua. Awalnya nyaman duduk sendirian di bangku taman. Namun tidak lama kemudian seorang Bapak juga duduk di bangku yang sama. FYI, 1 bangku taman maksimal muat 3 orang dewasa untuk duduk, so jarak antara si Bapak dengan gw duduknya berdekatan. Sesaat kemudian dia menanyakan jam. Gw jawab singkat. Dia bertanya lagi apa yang gw kerjakan. Gw jawab singkat dengan maksud supaya dia mengerti bahwasannya gw tidak mood untuk ngobrol dengan dia. Tapi dia kembali berkomentar dan bertanya. Bermaksud pindah bangku sepertinya kurang sopan. Alhasil gw berpikir bagaimana caranya supaya si Bapak enyah dari bangku atau paling tidak berhenti ngobrol. Aha!!!!!!!!! Ada ide. Paling tidak dengan kentut tanpa suara tentunya dia akan kebauan dan segera menyingkir dari hadapanku. Mulailah menarik napas dalam dalam sebanyak mungkin sambil mengolah kontraksi perut. Namun hingga 5 menit pertama, aktivitas tersebut belum membuahkan hasil. Gw ulangi lagi sembari membaca buku sembari sesekali menjawab singkat obrolan si Bapak. Akhirnya ada tanda tanda akan kentut. Segera kubantu dengan dorongan sehalus mungkin dari dalam tubuh (alias ngeden) agar keluar tanpa suara sehingga memiliki aroma dengan “kualitas” prima. Tapi tanpa dinyana sang kentut keluar tanpa suara namun terasa lain. Wah jangan jangan keluar dengan “temannya” neh bathinku berkata. Segera gw beranjak ke toilet umum terdekat untuk meng-audit. Tentunya audit ini tidak perlu menggunakan jasa auditor dari Ernst and Young or Pricewaterhouse Coopers, rak sanggup bayare rek!!. Saat berjalan menuju “ruang sidak” terasa sliding di antara belahan. Hasil audit ternyata benar, yang keluar tadi adalah kentut “berkuah” namun tidak sampai tabur. Meski cuma sejumput, CD yang kukenakan gw larung di toilet dan segera bersih bersih, toh tidak sampai ke Jeans yang gw pakai. Baru kali ini seeumur umur gw kuliah gak pake CD.

Whuakakakakakkakakakakaka.


Plokk!!!!!!!!!!! Pipi gw berasa ditepok. Salah seorang teman bangunin gw dengan menepok nepok pipiku. Rupanya setelah kasus “Chernobyl” yang menghebohkan rekans sekamar, karena asyik kemulan, tidak lama berselang gw kembali tertidur sampe termimipi mimpi dan bangun kesiangan. Untung salah satu teman berinisiatif bangunin gw. Alhasil buru buru ganti baju, celana dan mengenakan sepatu. Sembari turun tangga keluar dormitory ngemut perment mint, lap muka pake tissue, berangkat ke kampus :)

0 saran,Bagaimana Menurut Anda??klik disini: