Tinngg…Hantu Kecil Temanku Lagi (Real Story)

Sabtu, 27 Februari 2010

Cuma Ilustrasi
Cuma Ilustrasi
Perasaan tadi aku mencet tombol bertanda “1” deh, dan sekarang liftnya malah berhenti di sini. Masih jauh dari lantai satu. Pintu membuka, tapi tak ada seorangpun yang masuk. Kulirik layar display di panel..okey..lantai belasan yang itu lagi. Lantai yang sering jadi bisik-bisik karyawan gedung kantor ini, karena liftnya sering tiba-tiba berhenti di sini. Aku tersenyum dalam hati…

“Selamat soreeee, ooom…!”, suara kanak-kanak yang kukenal menyapaku.
Amita…teman kecilku yang suka menari. Usianya entah berapa, tetapi gayanya seperti anak-anak manusia usia TK nol kecil. Melenggang-lenggok memasuki lift, badannya bergoyang-goyang menari dan tangannya melambai-lambai. Model rambutnya berbeda sore itu, tidak lagi dikuncir dua tetapi spikey ke arah belakang. Rambut hitamnya kelihatan keras dan kaku meruncing-runcing ke belakang, yang mengingatkanku kepada film-film kartun Jepang atau vokalis wanita tomboy sebuah band beraliran rock yang lagi ngetop saat ini.
“Selamat sore, Amita….”, balasku ramah.
“Oom nulis tentang akuu yaaa?…”, tanyanya sambil terus menari berputar-putar bak balerina.
Aku mengiyakan sambil tertawa dalam hati. Iya sih, aku memang pernah menuliskan kisah pertemanan kami ini di Kompasiana beberapa waktu yang lalu (silakan baca di sini).
“Aku jadi terkenaaall…..”, katanya sambil tertawa senang.
“Iyaa. Semoga tulisan itu bisa membuka kesadaran banyak orang yaa, bahwa keberagaman makhluq adalah keniscayaan. Berbeda bukan berarti ga bisa berteman kan? Kita masih punya banyak sekali persamaan yang bisa menyatukan. Sama yang ghaib aja bisa berteman, masa yang sama-sama manusia koq maunya berantem melulu?!…”, celotehku melalui hati dalam bahasa pemahaman.
Amita sih cuek-cuek aja sambil terus menari menjelajahi lift, yang dinding-dindingnya stainless dipoles semengkilap cermin ini. Tapi dia paham koq.
Tinngg!…lift berhenti di lantai dasar. Dan aku melangkah keluar sambil mengucapkan selamat sore kepada hantu kecil temanku itu. Sejenak mampir untuk absen di mesin hand-print yang ditempatkan di lobby, dan kemudian menuruni tangga ke parkiran di basement. Baru separuh tangga dituruni,…hiyyaaa..teman kecilku itu ternyata sudah menunggu di bawah sana. Masih menari-nari.Aku tersenyum.
“Lho?..koq mainnya sampai sini? “, tegurku sambil tersenyum geli.
“Ini kan rumahkuuu…Iniiii taman bermainkuuu….”,jawab Amita bergaya manja.
Kedua tangannya ia rentangkan ke samping, menunjukkan bahwa betapa luas taman bermainnya..seluas menara kantoran megah ini..dari atas sampai ke lantai basementnya. Taman bermain, di mana sehari-hari Amita dan kawan-kawan sejenisnya bebas berlarian di lobby, di koridor-koridor panjang, dari ruangan ke ruangan, naik turun lift, main petak umpet di ruang-ruang Board of Directors yang besar namun lebih sering sepinya. Aku tertawa dalam hati. Ya yaa…hahahaha..sebuah taman bermain yang ideal untuk anak-anak seusia mereka…
Lagipula kalau difikir-fikir, bisa dikatakan memang ini “rumah” mereka. Karena jauh sebelum menara kantor ini dibangun, Amita dan keluarganya serta banyak lagi dari jenisnya sudah ada di tempat ini. Bahkan ratusan tahun sudah. Dulunya tempat ini adalah sebuah lembah dan ada sungai purba yang mengaliri membelahnya (ada bangkai perahu ditemukan saat penggalian fondasi menara kantoran ini). Kitalah yang sebenarnya “tamu” yang membuat kebisingan di siang hari, dengan dering pesawat telepon, hiruk-pikuk rapat, kebisingan mesin fotokopi, dan sampah remah-remah makanan di karpet ruangan kerja kita…
Kuletakkan tas kantor di bangku belakang mobilku, dan kubuka pintu depan. Dan hiyaaa…Amita kecil sudah ada di sana, duduk di kursi sebelah. Badannya bergoyang-goyang senang maju mundur, kedua tangannya memegang dashboard, dan dari samping model rambutnya yang spikey meruncing-runcing ke belakang itu semakin jelas kelihatan bentuknya.
“Lho?..koq di sini? Emangnya Amita mau kemana sih?”, tanyaku geli.
“Amita mau jalan-jalan…..”, jawabnya pendek sok tegas nadanya. Anak-anak itu lucu yaa? Dunianya cuma ada bahagia, setiap hari penuh canda ceria…apapun jenisnya.
“Iyaa..Tapi jangan jauh-jauh yaa. Nanti dimarahi lho”
“Okey..Okeyy…”
Brummmm….brruuummm…..
.
PS: Tulisan ini, seperti tulisan-tulisan sejenis lainnya, tidak dimaksudkan untuk berbangga diri atau menakut-nakuti. Hanya sekedar berbagi tentang fenomena yang perlu dibaca hikmah di baliknya.

0 saran,Bagaimana Menurut Anda??klik disini: