Kemana Nurani Pergi…

Sabtu, 27 Februari 2010

Bali, 05 Februari 2010.

Sore seusai menghangatkan makan malam untuk diriku sendiri, setelah hari yang panjang seharian di rumah ditemani hujan deras yang membuat kota Denpasar kebanjiran, blackberry messengerku berbunyi.  Dari seorang teman di Surabaya berisi posting dari sebuah situs berita dengan judul Kerusuhan Mei.
Jika biasanya aku hanya melihat sepintas, bahkan sering mengabaikan atau langsung menghapus berita yang judulnya tidak menarik minatku, kali ini aku berusaha masuk ke link.  Tak lama halaman terbuka dan menyajikan beberapa gambar yang membuat mataku melotot. Gambar-gambar itu tidak terlalu jelas di layar blackberry, tapi cukup untuk memvisualkan apa yang terjadi. Aku penasaran dan segera membuka laptop, melupakan makan malamku yang masih hangat.
Kali ini napasku seakan terhenti.  Aku tercekat dan tidak bisa berpikir. Gambar-gambar yang tersaji di layar sangat mengerikan. Tujuh gambar yang memperlihatkan gadis-gadis muda korban pemerkosaan. Gambar pertama memperlihatkan seorang gadis berkulit kuning mulus sedang dipegangi dua orang pemuda.
Yang seorang menelikung kepala si gadis dipinggangnya memaksanya berdiri menungging dengan kaki terbuka lebar menghadapnya, yang seorang lagi memegang pinggul si gadis dan memperkosanya dari belakang. Gambar kedua memperlihatkan tubuh telanjang seorang gadis berambut panjang langsing mulus terlentang di atas tandu dengan kemaluan yang robek berdarah-darah dan masih tertancap gagang sapu patah. Gambar ketiga, keempat dan kelima memperlihatkan tubuh-tubuh langsing telanjang yang setangah hangus. Gambar keenam memperlihatkan dua orang gadis muda, yang lagi-lagi berciri fisik warna kulit kuning mulus langsing sedang diikat di pohon saling membelakangi dan beberapa pemuda meremas payudara serta kemaluan mereka. Kemudian gambar lain memperlihatkan jenazah wanita muda yang juga berkulit kuning mulus dipenuhi tulisan-tulisan yang sangat berbau rasis dan sarat penghinaan.
Entah berapa lama aku otakku serasa beku menatap gambar-gambar itu. setelah tersadar aku merinding dan buru-buru kututup halaman situs itu. Rasanya mual.
Kejadian itu memang sudah belasan tahun lewat. Namun baru kali ini aku berkeinginan mengakses gambar-gambar nyata yang memperlihatkan bukti kekejaman peristiwa itu. Selama ini aku hanya membaca berita-berita tertulis dan mendengar kisah-kisah mengerikan itu secara lisan. Tentu saja dengan membaca dan mendengar saja sudah merinding membayangkannya. Tapi seraya waktu berjalan perlahan peristiwa itu makin samar untuk pembaca, kecuali korban hidup yang mengalami, tentunya peristiwa itu akan membekas selamanya.
Malam ini sepertinya akan kulewatkan tanpa menyantap makan malamku yang sudah dingin. Seleraku telah terbang. Satu jam sudah lewat dan aku masih tercenung di depan laptop yang menyala. Otakku masih dipenuhi gambar-gambar mengerikan tadi, terpatri jelas seakan dipantek. Aku membayangkan penderitaan tiara tara yang mereka alami. Saat-saat mereka ditemukan, diseret, ketakutan, berteriak putus asa,  mengalami kesakitan yang teramat sangat sebelum akhirnya tak tertahankan lagi dan mereka merenggang nyawa. Walaupun sudah berusaha, aku tak sanggup membayangkan. Bahkan jika pun sanggup dengan imajinasi paling liar pun aku tidak akan bisa merasakan ketakutan dan penderitaan yang mereka alami karena aku bukan korban. Apa yang mereka alami terlalu diluar nalar.
Dan jika kita orang-orang yang hanya menjadi saksi sejarah tanpa ketelibatan sama sekali tidak bisa membayangkan penderitaan korban yang diuar nalar, bagaimana dengan para pelaku kejahatan itu?? aku tercenung ngilu. Ya, para pelaku itu adalah manusia. Mereka pasti punya akal pikiran, punya hati nurani. Tapi kenapa mereka bisa melakukan kekejaman tak terperi seperti iblis?  Betapa banyak sejarah mencatat kekejaman yang dilakukan manusia terhadap sesamanya. Ada Hitler yang membantai jutaan orang-orang Yahudi yang tidak tahu apa kesalahan mereka kecuali mereka dilahirkan sebagai orang Yahudi. Ada Polpot yang menganggap ribuan korban pembantaian pasukannya tak lebih seperti ilalang yang tak pantas dikuburkan dan dibiarkan membusuk di sawah-sawah. Ada sekelompok orang yang mengatasnamakan agama untuk membungkus kekejaman mereka sebagai alasan pembenaran, dan meledakkan diri ditengah ratusan bahkan ribuan manusia korbannya yang tidak bersalah, menghancurkan mereka berkeping-keping. Ada seorang yang membunuh puluhan manusia demi hartanya. Ada anak yang membunuh ayahnya atau ibunya. Ada bapak yang memperkosa putrinya. Ada begitu banyak catatan sejarah…
Kemana hati nurani mereka pergi..?

Salam Sukses

0 saran,Bagaimana Menurut Anda??klik disini: