Emoh Ber-Facebook Gara-gara Takut Diperkosa

Kamis, 25 Februari 2010

Senyum Wide (30) tampak tersungging sambil menatap layar hape-nya. Beberapa foto anaknya yang masih berusia 4 bulan baru saja di-upload oleh istrinya, Eka (24) di situs jejaring sosial, Facebook. Sang anak terlihat lucu dan menggemaskan ketika sedang bermain dengan guling dan saat belajar tengkurap.
 
Momen tersebut sepertinya biasa saja. Namun menjadi luar biasa bagi pasangan Wide dan Eka mengingat mereka terpisah jarak pulau. Sang suami kini berada di Kendari, Sulawesi Tenggara karena tengah bertugas di sana. Sedangkan sang istri masih berada di Depok, Jawa Barat, mengasuh sang anak setiap hari. Hanya dalam hitungan sekitar 2-3 bulan sekali sang suami bisa pulang menjenguk keluarganya.

Rupanya tak cukup telepon dan SMS untuk tetap intens berkomunikasi. Lewat Facebook pun pasangan suami istri itu bahkan bisa memantau aktivitas masing-masing. Terkadang mereka saling berbagi foto untuk memperlihatkan perkembangan si anak di Depok maupun aktivitas terbaru sang suami di Kendari.
Tak hanya itu, foto perkembangan sang anak pun bisa dipantau eyangnya yang berada di Temanggung, Jawa Tengah. Teman-teman Wide dan Eka pun setiap saat memberikan komentar pada foto-foto sang bayi sekaligus memberikan semangat bagi pasangan muda itu.
Facebook = negatif?
Mungkinkah pemberitaan tentang Facebook saat ini bisa seperti berita yang saya buat di atas? Saya pun ragu, mengingat sudah terlalu banyak pemberitaan negatif tentang Facebook. Lihatlah judul-judul berita semacam ini,
Gara-gara Facebook, Anak di Bawah Umur Diculik
Seorang Gadis Diperkosa Teman Facebook
Hina Guru Lewat Facebook, Empat Murid Dikeluarkan Dari Sekolah
Suami Selingkuh Lewat Facebook, Istri Minta Cerai
Masih banyak judul-judul lain yang tak kalah seram. Intinya Facebook adalah “alat kejahatan”. Bahkan beberapa teman dan keluarga saya yang belum sempat mengenal sendiri situs Facebook, langsung antipati ketika melihat orang lain sedang ber-Facebook-ria. Kelompok ini rupanya terpengaruh pemberitaan negatif tentang Facebook dan mengenyampingkan dampak positif yang bisa diperoleh melalui Facebook. Bahkan ada seorang ibu yang meminta suaminya tidak bermain Facebook karena takut dan curiga apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Ada juga seorang teman yang enggan buat akun Facebook gara-gara takut diperkosa… hmm….
Tidak bisa disalahkan juga media ketika memuat berita tentang efek Facebook. Ada istilah yang menyebutkan bahwa dalam dunia jurnalistik ‘bad news is a good news’. So, kalau sesuatu hal itu terasa bombastis walaupun itu kabar buruk sekali pun rasanya bisa menarik perhatian para penikmat berita.
Namun, kurang berimbangnya pemberitaan akhirnya memunculkan image bahwa Facebook itu buruk, jelek, jahat, haram jadah, dekat dengan maksiat dan sejenisnya. Padahal sebenarnya seiring dengan kemajuan teknologi, jejaring sosial macam Facebook hanyalah sebuah alat, hanyalah sebuah media, yang ibarat pisau, bisa berguna bisa pula berbahaya.

0 saran,Bagaimana Menurut Anda??klik disini: