Tahun Kunjung Museum, Keliling Museum, dan Perlindungan Bangunan Bersejarah

Rabu, 24 Februari 2010



Contoh bangunan bersejarah di Kalibesar Timur, kawasan Kota Tua Jakarta, yang bisa dihidupkan menjadi atraksi wisata


Akhir pekan ini, selain ajakan Komunitas Historia Indonesia menjelajah Cirebon dan Komunitas Sahabat Museum membatik di Museum Tekstil sambil mengenal Tanahabang, ada banyak alternatif lain bisa dikemas sendiri. Misalnya, keliling ke beberapa museum di Jakarta. Sekadar mengingatkan, tahun ini Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata menetapkan sebagai tahun dimulainya Gerakan Nasional Cinta Museum melalui Tahun Kunjung Museum (TKM) 2010. Program itu akan terus berlangsung hingga 2014 dengan berbagai agenda penting seperti pembenahan museum.
Memang, TKM 2010 dilempar ke masyarakat pada akhir tahun lalu sehingga gaungnya bisa dibilang tak ada. Masih banyak pertanyaan tentang apa itu TKM 2010, museum mana yang diunggulkan, apa yang bisa dilihat. Atau malah pernyataan kaget, “Oh, tahun kunjung museum?  Apa itu?” Begitulah, selalu saja terkesan terburu-buru dan tanpa sosialisasi, publikasi yang menyeluruh sehingga bukan hanya masyarakat yang bertanya-tanya, bahkan pihak museum sendiri terkesan belum atau tidak siap.
Di Jakarta, ada lebih dari 60 museum yang bisa disambangi. Jika ingin jalan-jalan di Kota Tua, di sana ada enam museum, Museum Bank Mandiri, Museum Bank Indonesia, Museum Sejarah Jakarta, Museum Bahari, Museum Wayang, Museum Seni Rupa dan Keramik. Di satu kawasan ini saja, ada banyak yang bisa ditelusuri, misalnya Kalibesar, Pelabuhan Sunda Kelapa, Stasiun Beos, tak ketinggalan, gedung-gedung bersejarah di sana. Kini, pengunjung Kota Tua juga sudah bisa punya pilihan beristirahat, selain di Kafe Batavia, bisa juga di Kafe Gazebo dengan beberapa warung makan tempo dulu, termasuk Es Krim Ragusa.
  Bicara soal museum dan bangunan bersejarah, memasuki TKM 2010 ada dua peristiwa penghancuran gedung bersejarah di Pangkalpinang dan Salatiga. Bioskop Hebe/Banteng dari tahun 1917 di Pangkalpinang – serta dua bioskop tua lainnya dan pabrik es – sedangkan di Salatiga mutilasi bangunan eks kodim yang sudah berusia 100 tahun. Semua dihancurkan demi pusat perbelanjaan. Untungnya, bangunan eks kodim di Salatiga bisa dihentikan dan upaya hukum terus berlanjut sementara di Pangkalpinang, Hebe sudah tak ada lagi.
Bangunan bersejarah, jika direvitalisasi dan difungsikan kembali dapat juga menjadi museum kecil terkait sejarah gedung. Gedung Hebe, bisa menjadi museum kecil tentang perkembangan perfileman di Pangkalpinang, atau Bangka Belitung secara luas. Di Salatiga, gedung eks kodim bisa jadi apapun, misalnya, restoran atau gedung kesenian. Bangunan itu sendiri sudah merupakan kumpulan kisah yang jika dilengkapi dengan koleksi sejarah yang pernah dilewati bangunan ini, tentu menjadi layaknya museum kecil-kecilan yang menjadikan restoran, gedung kesenian - apapun - itu punya nilai tambah.
  Pada akhirnya, jika bangunan bersejarah bisa dihidupkan lagi, bukannya malah diratakan dengan tanah, bisa menjadi atraksi tersendiri di luar museum. Karena pada dasarnya baik museum maupun bangunan bersejarah adalah pusaka budaya yang menurut Peter Howard dalam buku Heritage: Management, Interpretation, Identity adalah segala sesuatu yang ingin diselamatkan orang, termasuk budaya material maupun alam. Manajemen warisan/pusaka budaya tak hanya museum,karena menurut Howard, tiap orang juga punya latar belakang kehidupan yang bisa jadi warisan tersendiri.
Peninggalan orang per orang pun masuk dalam katagori heritage. Terserah pada keluarga mereka apakah akan menyimpan dan memelihara kenangan atas, katakan, kakek atau nenek mereka. Baik itu dalam bentuk petuah, buku harian, koleksi buku, etos kerja, mobil tua, bangunan. Intinya, tegas Howard, pusaka budaya (heritage) adalah untuk semua manusia.
Ini ada sekadar contoh, khususnya bagi para pemegang kuasa dari lingkup yang paling kecil sampai yang tertinggi, khususnya mereka yang baru saja menghancurkan bangunan bsersejarah, dan barangkali mereka yang berencana membantai identitas kota. Di Inggris, ada satu area di wilayah West Midlands, Worcestershire, memiliki museum yang cukup unik. Namanya Museum Avoncroft, Museum Bangunan Bersejarah. Di lahan terbuka seluas 15 hektar itu, mereka membangun kembali bangunan bersejarah yang dihancurkan. 
Pengunjung bisa masuk ke gedung dari berbagai periode, misalnya ke gedung Tudor dari abad 16 termasuk Rumah Saudagar dari Bromsgrove (Merchant’s House from Bromsgrove), bangunan abad 19 termasuk Toll Keeper’s House, termasuk windmill kincir angin yang digunakan dalam pertanian tradisional. Dari abad 20 ada gerobak mewah milik Edward VIII.
Museum ini berdiri 1964 tapi baru dibuka pada 1967. Keberadaan museum ini dipicu oleh kegagalan upaya mencegah penghancuran bangunan yang masuk dalam daftar  bangunan bersejarah di Bromsgrove. Yang masih tersisa dari puing bangunan Tudor, dipulihkan dan direkonstruksi kembali. Luar biasa, bukan?
Akhir pekan ini, selain ajakan Komunitas Historia Indonesia menjelajah Cirebon dan Komunitas Sahabat Museum membatik di Museum Tekstil sambil mengenal Tanahabang, ada banyak alternatif lain bisa dikemas sendiri. Misalnya, keliling ke beberapa museum di Jakarta. Sekadar mengingatkan, tahun ini Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata menetapkan sebagai tahun dimulainya Gerakan Nasional Cinta Museum melalui Tahun Kunjung Museum (TKM) 2010. Program itu akan terus berlangsung hingga 2014 dengan berbagai agenda penting seperti pembenahan museum.
Memang, TKM 2010 dilempar ke masyarakat pada akhir tahun lalu sehingga gaungnya bisa dibilang tak ada. Masih banyak pertanyaan tentang apa itu TKM 2010, museum mana yang diunggulkan, apa yang bisa dilihat. Atau malah pernyataan kaget, “Oh, tahun kunjung museum?  Apa itu?” Begitulah, selalu saja terkesan terburu-buru dan tanpa sosialisasi, publikasi yang menyeluruh sehingga bukan hanya masyarakat yang bertanya-tanya, bahkan pihak museum sendiri terkesan belum atau tidak siap.
Di Jakarta, ada lebih dari 60 museum yang bisa disambangi. Jika ingin jalan-jalan di Kota Tua, di sana ada enam museum, Museum Bank Mandiri, Museum Bank Indonesia, Museum Sejarah Jakarta, Museum Bahari, Museum Wayang, Museum Seni Rupa dan Keramik. Di satu kawasan ini saja, ada banyak yang bisa ditelusuri, misalnya Kalibesar, Pelabuhan Sunda Kelapa, Stasiun Beos, tak ketinggalan, gedung-gedung bersejarah di sana. Kini, pengunjung Kota Tua juga sudah bisa punya pilihan beristirahat, selain di Kafe Batavia, bisa juga di Kafe Gazebo dengan beberapa warung makan tempo dulu, termasuk Es Krim Ragusa.
  Bicara soal museum dan bangunan bersejarah, memasuki TKM 2010 ada dua peristiwa penghancuran gedung bersejarah di Pangkalpinang dan Salatiga. Bioskop Hebe/Banteng dari tahun 1917 di Pangkalpinang – serta dua bioskop tua lainnya dan pabrik es – sedangkan di Salatiga mutilasi bangunan eks kodim yang sudah berusia 100 tahun. Semua dihancurkan demi pusat perbelanjaan. Untungnya, bangunan eks kodim di Salatiga bisa dihentikan dan upaya hukum terus berlanjut sementara di Pangkalpinang, Hebe sudah tak ada lagi.
Bangunan bersejarah, jika direvitalisasi dan difungsikan kembali dapat juga menjadi museum kecil terkait sejarah gedung. Gedung Hebe, bisa menjadi museum kecil tentang perkembangan perfileman di Pangkalpinang, atau Bangka Belitung secara luas. Di Salatiga, gedung eks kodim bisa jadi apapun, misalnya, restoran atau gedung kesenian. Bangunan itu sendiri sudah merupakan kumpulan kisah yang jika dilengkapi dengan koleksi sejarah yang pernah dilewati bangunan ini, tentu menjadi layaknya museum kecil-kecilan yang menjadikan restoran, gedung kesenian - apapun - itu punya nilai tambah.
  Pada akhirnya, jika bangunan bersejarah bisa dihidupkan lagi, bukannya malah diratakan dengan tanah, bisa menjadi atraksi tersendiri di luar museum. Karena pada dasarnya baik museum maupun bangunan bersejarah adalah pusaka budaya yang menurut Peter Howard dalam buku Heritage: Management, Interpretation, Identity adalah segala sesuatu yang ingin diselamatkan orang, termasuk budaya material maupun alam. Manajemen warisan/pusaka budaya tak hanya museum, karena menurut Howard, tiap orang juga punya latar belakang kehidupan yang bisa jadi warisan tersendiri.
Peninggalan orang per orang pun masuk dalam katagori heritage. Terserah pada keluarga mereka apakah akan menyimpan dan memelihara kenangan atas, katakan, kakek atau nenek mereka. Baik itu dalam bentuk petuah, buku harian, koleksi buku, etos kerja, mobil tua, bangunan. Intinya, tegas Howard, pusaka budaya (heritage) adalah untuk semua manusia.
Ini ada sekadar contoh, khususnya bagi para pemegang kuasa dari lingkup yang paling kecil sampai yang tertinggi, khususnya mereka yang baru saja menghancurkan bangunan bsersejarah, dan barangkali mereka yang berencana membantai identitas kota. Di Inggris, ada satu area di wilayah West Midlands, Worcestershire, memiliki museum yang cukup unik. Namanya Museum Avoncroft, Museum Bangunan Bersejarah. Di lahan terbuka seluas 15 hektar itu, mereka membangun kembali bangunan bersejarah yang dihancurkan. 
Pengunjung bisa masuk ke gedung dari berbagai periode, misalnya ke gedung Tudor dari abad 16 termasuk Rumah Saudagar dari Bromsgrove (Merchant’s House from Bromsgrove), bangunan abad 19 termasuk Toll Keeper’s House, termasuk windmill kincir angin yang digunakan dalam pertanian tradisional. Dari abad 20 ada gerobak mewah milik Edward VIII.
Museum ini berdiri 1964 tapi baru dibuka pada 1967. Keberadaan museum ini dipicu oleh kegagalan upaya mencegah penghancuran bangunan yang masuk dalam daftar  bangunan bersejarah di Bromsgrove. Yang masih tersisa dari puing bangunan Tudor, dipulihkan dan direkonstruksi kembali. Luar biasa, bukan?

0 saran,Bagaimana Menurut Anda??klik disini: