Permisi…Saya Mau Masuk Dunia Nyata…Boleh?

Jumat, 26 Februari 2010


Aku ingin terbang (paman google)
Aku ingin terbang (paman google)
Mimpi. Dulu ketika kecil kita pasti punya mimpi, bahkan sekarang kita pun masih punya mimpi, punya cita-cita. “Aku ingin jadi dokter”. “kalau aku jadi pilot”. “Aku mending jadi tentara”. “aku jadi guru aja”, itulah beberapa mimpi yang sering terlontar dari mulut kita waktu kecil. saya sendiri dulu pernah ingin jadi polisi.

“Selamat datang di dunia nyata, dunia yang sebenar-benarnya”. Begitu biasanya sapaan bagi mereka yang telah menyelesaikan studinya di perguruan tinggi. Sapaan itu pula yang akhirnya sampai di telinga saya, ketika saya selesai melakukan prosesi yudisium tadi siang. sebuah prosesi dimana surat keputusan ditandatangani dan gelar keilmuan sudah mulai disematkan.
S.KM…Sarjana Kesehatan Masyarakat. itu gelar saya sekarang. sebuah gelar dari keilmuan Kesehatan. Saya disebut sebagai tenaga non medis karena memang pergerakan keilmuan saya lebih banyak pada sisi promotif, preventif masalah-masalah kesehatan serta manajemen kesehatan.
Secara umum, SKM itu punya 8 bidang keahlian. Untuk universitas yang menerapkan kurikulum khusus, atau peminatan, seperti UI, maka mahasiswanya akan memilih salah satu bidang ilmu yang ada pada gelar tersebut. sementara untuk universitas dengan sistem kurikulum general, umum, seperti universitas saya, maka mau tidak mau saya dan mahasiswa lain dituntut untuk dapat menguasai delapan bidang bidang keahlian. Tentu ada kelebihan dan kekurangan dari sistem khusus maupun general tersebut. Hal ini pula yang kadang masih menjadi pertentangan.
Otak saya memuat delapan bidang keahlian sekarang, belum lagi ilmu-ilmu tambahan dari yang sifatnya otodidak saya pelajari. Tentunya ketika masuk dunia kerja nanti, tidak semua delapan bidang keahlian ini akan direalisasikan dalam bentuk-bentuk kerja khusus, namun akan ada satu bidang kealhian yang difokuskan dengan tetap mempertimbangkan keterkaitan dengan bidang keahlian yang lain.
ini sebuah kenyataan (paman google)
ini sebuah kenyataan (paman google)
Kata orang, dunia setelah sebuah gelar keilmuan bisa disematkan, maka kita akan menghadapi dunia yang sebenar-benarnya. Katanya, idealisme yang selama ini didapat dari hasil pencarian jati diri selama memahami ilmu-ilmu yang dipelajari, dalam dunia nyata bisa dengan mudah luntur, berubah bahkan hilang. Satu contoh, idealisme yang selama ini diajarkan sejak kita belajar bahkan di bangku sekolah dasar adalah jangan mencuri karena mencuri itu tidak baik. namun dalam dunia nyata, maka akan dengan mudah idealisme itu luntur dengan iming-iming duniawi dan bisa datang dalam banyak bentuk. Korupsi adalah salah satu bentuk nyatanya.
Saya terkadang bingung pada akhirnya akan memposisikan diri dimana. Disatu sisi, idealisme adalah sebuah keyakinan yang seharusnya tetap terjaga, tapi disisi lain, kata orang, kalau kita berkutat dengan idealisme, maka jadinya kita akan sulit maju, sulit berkembang. apa benar seperti itu? entahlah…karena saya belum benar-benar masuk dunia nyata.
Mulai hari ini, tentu saya harus membiasakan diri dengan segala macam realita. Dengan segala macam bentuk realita yang ketika disandingkan dengan idealisme yang telah dianut, maka jadinya bisa bertolak belakang. Bukan…bukan bermaksud naif dengan segala macam hal ini, sampai saat ini, saya hanya masih merasa berat meninggalkan segala bentuk idealisme saya.
“selamat ya…selamat datang dalam dunia pengangguran” begitu teman saya menyapa.
“akh…lu cuma menuh-menuhin aja, makin sumpek nie negeri sama pengangguran-pengangguran kayak kita” teman yang lain menimpali.
saya sempat heran. kenapa mereka begitu pesimis? kenapa mereka kemudian hanya bisa berkata tentang pengangguran? apa mereka putus asa?
realitanya negara kita memang kebanjiran pengangguran. jumlah angkatan kerja yang lahir setiap tahunnya tidak sesuai dengan penyerapannya di dunia nyata. beberapa faktor banyak diutarakan. mulai dari kemampuan pemerintah dalam menciptakan lapangan kerja, samapi faktor kualitas lulusan yang banyak dipertanyakan.
secara sadar, tentu saya tidak bisa terus menerus menyalahkan keadaan. inilah perjuangan sesungguhnya. hidup dengan layak, atau menjadi pecundang. jika benar dunia nyata itu kejam, maka inilah yang ingin saya tahu. semoga doa, serta merta selalu mengiringi. tentu cita-citaku adalah hidup di dunia nyata dengan keadaan yang lebih baik, bukan menjadi pengangguran. maka…
“Permisi…Saya Mau Masuk Dunia Nyata…Boleh?”

0 saran,Bagaimana Menurut Anda??klik disini: