Please, Culik Gue Dong…

Kamis, 25 Februari 2010


hati-hati
 bermain api...
hati-hati bermain api…
Sejak mencuatnya kasus penculikan teman di facebook, aku tenggelam dalam lamunan. Pikiran sering melayang ke mana-mana. Kapan ya… ada teman di facebook yang bersedia menculikku? Tentu saja aku mengharap teman perempuan penculiknya.

Update status semakin intens kulakukan. Mulai dari status lucu, seperti “wong urip kui mung mampir ngombe, mula ora usah gumun yen akeh wong pada mabuk”*). Atau juga status norak, misalnya, “kamyu kok n99a mizcallin akyu cih, kan cm akyu z i9 setia m kamyu…?”. Sesekali juga mencantumkan status sok bijak-penuh dengan kata-kata mutiara, meski kadang agak dipaksakan. Salah satunya “kita ibarat dua malaikat tanpa sayap. Untuk tetap terbang dan bertahan, kita harus saling berpelukan”. Lha wong tidak punya sayap kok terbang berpelukan? Pusing juga. Tapi tidak masalah, siapa tahu ada yang tertarik kemudian menculikku.
Hari demi hari berlalu. Belum ada tanda-tanda orang yang berminat menculikku. Jumlah komentar, yang kata teman merupakan indikator ketertarikan, justru semakin menurun. Isi komentar pun semakin kurang bermutu. Ada yang kasih komentar “dahsyat..”, atau “manztab”, “siiippp”, dan “zzzzzzzzzzzzzzzzzzzz…..” Wadow..statusku malah bikin orang tidur! Aku pun berpikir, harus ada cara lain supaya menarik nih. Mungkin para perempuan menginginkan status dari lelaki dengan otak encer.
Baiklah, aku mulai mengubah isi status dengan kalimat-kalimat berat, kata sebagian orang sih. Usaha pertama aku tulis “hidup ini seperti neraca dalam akuntansi, harus berimbang antara debet dan kredit, harus berimbang antara hak dan kewajiban”. Beberapa saat menunggu, belum ada komentar masuk. Aku lihat catatan di bawah status, 2 hours ago. Sudah dua jam belum ada komentar masuk. Jangan-jangan ada yang salah dengan statusku. Setelah aku pikir ulang, ternyata status itu mencerminkan kebodohan. Bukankah dalam akuntansi semua diukur dengan uang? Padahal tidak semua dalam hidup ini bisa diukur dengan uang, seperti keramahtamahan atau kegotongroyongan. Wah, salah lagi nih. Bukannya image otak encer yang terbentuk, tapi malah kesan cowok matre nih. Sialan! Pantesan tidak ada yang kasih komentar.
Rasa frustasi mulai merasuki otakku. Cara apa lagi yang dapat kugunakan supaya ada teman perempuan yang menculikku. Aku mulai meningkatkan frekwensi browsing. Beberapa orang hebat mengatakan kalau facebook dapat menyebabkan penculikan. Bahwa facebook dan sarana jejaring sosial dapat meningkatkan tindak kejahatan. Pokoknya, internet meningkatkan kejahatan. Aku memegang teguh pernyataan-pernyataan para cerdik pandai tersebut. Berarti aku masih dalam track yang benar. On the track, istilahnya. Mungkin usahaku saja yang masih kurang sehingga facebook tidak berkenan membantuku. Harus dicoba cara lain, meningkatkan jumlah teman.
Satu per satu temannya teman (?) aku ekplore. Selama ada yang berparas ayu, langsung ku-add. Barangkali rejeki ada disana. Dalam kasus ini, umur tidak perlu diperhitungkan. Kurang relevan. Infotainment memberi petunjuk bahwa para ibu dan tante-tante lebih suka brondong. Jadi, kalau perempuannya nenek-nenek, aku masih tergolong brondong :). Syukur-syukur calon penculikku nenek-nenek jutawan, sebentar lagi “sowan” ke Sang Pencipta, lumayan bisa dapat warisan. Minimal, hibah pasti ada lah…
Sekian lama menunggu, belum ada tanda-tanda akan terjadi penculikan. Jangankan penculikan, kata-kata genit pun tidak kudapati. Pernah sekali waktu ada yang mulai intens kemudian kirim pesan. Katanya, “Mas sudah punya pacar ya?”
Aku balas,” Belum. Kok kamu punya pikiran begitu?”
Dia jawab, “Mas bo’ong. Tuh di info pribadi ada tulisan in relathionship. Kalau tidak punya pacar terus maksudnya apa dong?”
Mati aku! Kok bisa bego banget gini sih, pikirku. Harus ada tindakan cepat untuk penyelamatan nih.
Segera pesannya kubalas,” Oh, itu… Gini, aku pikir itu salah interpretasi aja. In relathionship dalam persepsiku artinya sedang berhubungan dengan titik-titik. Nah, sekarang pun kita sedang berhubungan kan?”
Dia balas,”Wow…ngaco. Dasar orang aneh….!”
Sejak saat itu tidak ada pesan masuk lagi. Apes deh gue! Kayaknya usaha mendorong penculikan ini tidak akan berhasil. Aku mulai merenung. Apa sih yang salah dengan diriku ini? Duit ada, meskipun sedikit. Bohong banget kalau bilang tidak punya duit. Rumah ada, lumayan buat tidur berdiri kalau ada orang 20 numpang tidur. Mobil ada meskipun bunyinya kriet..kriet..karena kredit. Pendidikan? Aku pikir tidak jelek-jelek amat sebagai alumni master sebuah perguruan tinggi negeri ternama.
Memang sih, ukuran agak kecilan sedikit. Tapi apakah itu suatu permasalahan yang besar. Bukankah manusia seharusnya melihat pada fungsinya, bukan kemasan, bentuk atau ukurannya? Bukankah esensi lebih penting ketimbang simbol-simbol yang tampak di permukaan. Jika orang memahami esensi dan fungsi, aku berharap orang tidak mendiskreditkanku hanya karena ukuran dan wajah. Aku berharap ada perempuan yang mau menculikku tanpa memikirkan bentuk. Karena jujur saja, aku tidak tampan dan tidak atletis. Nova dan Ari pun aku pikir tidak terlalu tampan dan cantik.
Dalam depresiku, keyakinanku semakin memudar. Masih benarkah kalau facebook dapat meningkatkan penculikan? Kalau misalnya tidak benar, lalu mengapa kasus Nova dan Ari terjadi. Jangan-jangan sebelum mengenal facebook keduanya sudah suka culik menculik, entah dengan siapa. Jangan-jangan kenakalan remaja sudah lebih laju berkembang ketimbang laju perkembangan internet. Jangan-jangan internet hanya sebagai media pengganti untuk me-langgeng-kan kenakalan remaja. Kata mereka, daripada repot puter-puter di mall cari korban, mending tinggal searching saja lewat facebook atau muatan internet yang berjejaring sosial. Lebih murah, efektif dan efisien.
Tetapi tunggu sebentar. Keyakinanku tetap harus dibuktikan dulu. Harus ada langkah konkrit supaya ada perempuan yang mau menculikku. Besok aku akan menulis status, please, culik gue dong….
*) Orang hidup itu hanya (sebentar) menumpang untuk minum, maka jangan heran jika banyak orang suka mabuk.

0 saran,Bagaimana Menurut Anda??klik disini: