Salah satu dari timbulnya konflik didalam rumah tangga, adalah karena sifat egoist dimana salah satu pasangan suami istri ( pasutri ) selalu ingin memaksakan pasangannya menjadi seperti dirinya sendiri.
Memang bukan tidak mungkin pasutri lama lama bisa memiliki selera yang sama , hobby yang sama ,kebiasaan yang sama , bahkan pikiran yang sama .Tapi membutuhkan waktu .
Tetapi apabila kita lihat fakta kehidupan , mana ada didunia ini orang yang identik . Dengan ibu atau bapak sendiri saja anak anak sudah berbeda . Bahkan saudara kembar yang katanya identik sering berbeda.
Sebagai orang yang beragama , masa kita lupa bahwa Tuhan itu tidak goblok . Tuhan menciptakan manusia berlain lainan .Tidak pernah sama . Mana ada manusia diciptakan sama . Memang Tuhan bisa kehabisan kreasi sehingga menciptakan si A idem dengan si B . Makanya sekarang manusia bisa dibedakan karena sidik jarinya tidak pernah sama . Sekarang jaman DNA . DNA itu selalu berlainan dengan orang orang yang tidak memiliki pertalian darah yang sama. Manusia yang memliki pertalian darah maka akan memiliki DNA yang sama. Pernah saya baca di Amerika ada pasutri bule punya anak Afro American. Untung ada DNA .Ternyata menurut silsilah keluarga dulu dulunya jaman perbudakan grand grand grand mother nya yang ah ih oh ah ih oh dengan salah satu budaknya yang mirip Louis Amstrong . Coba bila DNA belum ditemukan mungkin pasangan bule itu akan cari pasangan baru salah satu Kompasioner .
Kembali kepada soal pasutri yang mempunyai keinginan memaksakan salah satu harus memiliki segala sesuatu serba sama maka sama saja dengan melakukan onani atau masturbasi pikiran !
Karena itu bila menginginkan suatu hubungan yang langgeng , maka pasangan pasangan suami istri kudu mau menerima pasangan masing masing benar benar seadanya dan apa adanya.
Apakah bisa dan mungkin kita bisa menerima pasangan hidup kita seadanya dan apa adanya? Untuk menjawab pertanyaan itu kita harus kembalikan bagaimana Pencipta kita ,Tuhan YME , menciptakan pribadi pribadi kita manusia . Tuhan menciptakan kita manusia ( dan machluk lainnya ) satu dengan lainya selalu berbeda. Bukan cuma itu, kita juga diberi hak otonomi memilih jalan hidup masing masing .
Apakah sulit menerima pasangan masing masing seperti apa adanya ? Tidak, bila didasari rasa cinta kasih .
Apakah sebagai ibu dan bapak anak anak anda , bila balita anda lahap menyantap bubur yang diaduk hati sapi yang penuh mengandung gizi , padahal anda sendiri tidak menyukai makanan seperti itu ?
Pasti kita akan bahagia sekali .
Karena itu anda tidak perlu menyukai warna biru bila pasangan anda memakai busana berwarna biru kesukaannya . Tapi bila memang anda mencintai pasangan anda sepenuh hati anda pasti akan merasa senang bahagia melihat pasangan anda begitu berbahagia mengenakan pakaiannya yang berwarna biru .
Kita tidak akan mempunyai kemampuan merubah seseorang agar segalanya selalu sama seperti anda. Memang siap melawan kehendak Tuhan ?
Bicara pengalaman pribadi saya tidak suka petis . Namum tiap kali saya ke Surabaya , pasti saya bawa oleh oleh petis yang disukai istri saya. Bila tugas ke Palembang pasti saya bawa oleh oleh pempek terbaik karena anak anak saya menyukainya walaupun saya tidak begitu suka.
Ada hal yang aneh juga bila saya dipesan membelikan oleh oleh busana atau tas atau sepatu oleh istri saya , saya selalu mencarikan motif , model, warna yang saya tidak begitu suka . Biasanya istri saya selalu senang dan mnerasa pas dengan pilihan saya tsb.
Tetapi bila saya bawakan sesuatu yang jadi pilihan dan saya sukai , biasanya tak lama kemudian yang memakainya adalah adik adik saya perempuan.
Begitulah hidup perlu penyesuaian penyesuaian bila kebahagiaan yang didambakan.
0 saran,Bagaimana Menurut Anda??klik disini:
Posting Komentar