Tuhan Bukan Bendahara Kita

Minggu, 07 Maret 2010

Saat ngobrolin tentang bagaimana kita bekerja keras mencapai tujuan dan peran keikhlasan di dalamnya dengan salah seorang kawan saya di Malang, ia mencetuskan satu kalimat yang menurut saya sangat menarik. Ia mengatakan, tugas kita adalah bekerja dengan keras, setelah itu serahkan semuanya pada Tuhan, tetapi jangan sekali-kali kita meminta Tuhan untuk segera mengabulkan apa yang kita minta karena kita sudah merasa bekerja keras. Jangan paksa Tuhan memberikan rezeki kepada kita walaupun kita sudah bekerja keras, karena “Tuhan bukan bendahara kita”.

Saya cukup lama merenung untuk memahami analogi bendahara ini. Dalam struktur organisasi bendahara adalah pemegang keuangan yang jika kita sudah bekerja, tinggal meminta kepada bendahara ini untuk memberikan upah atas apa yang kita kerjakan. Jadi, setelah kita bekerja menjadi hak kita untuk meminta upah atas apa yang kita kerjakan.

Nah, hidup itu ternyata bukan seperti itu. Saat kita bekerja keras, tidak ada “kewajiban” Tuhan untuk memberikan rezeki atas apa yang telah kita kerjakan. Karena itu, tidak ada juga hak kita untuk “menuntut” agar Tuhan dengan segera memberikan rezeki dan nikmatnya kepada kita setelah kita bekerja.


Ini yang saya sering sebut sebagai “pembagian tugas”. Biarlah kita mengerjakan tugas kita untuk bekerja keras, dan biarlah Tuhan yang menentukan kapan DIA akan memberikan rezeki kepada kita. Jangan kemudian kita menuntut sesuatu kepada Tuhan karena bukan di situ posisi kita.

Itulah yang disebut sebagai IKHLAS. Kita bekerja dengan sangat keras untuk memenuhi kewajiban kita sebagai manusia, dan kemudian serahkan semuanya kepada TUHAN kapan DIA akan menjawab doa-doa kita. IKHLAS karenanya sangat dekat dengan kesabaran, bahwa jika apa yang kita cita-citakan belum bisa dicapai, mungkin TUHAN punya rencana lain yang belum kita tahu.

Dengan keikhlasan ini, menjadikan kita sebagai manusia tangguh dalam menghadapi hidup. Jika kita berhasil, keberhasilan itu tidak menjadikan kita sombong. Sebaliknya, jika kita gagal, tidak serta merta menjadikan kita berputus asa. Dengan demikian, kerja keras menjadi sesuatu yang indah untuk dinikmati.

Siapa bersungguh-sungguh, ia akan berhasil.
Sukse selalu buat Anda semua.

BAHAN BACAAN
Buku Man Jadda Wajada, Penerbit Gramedia, Halaman 101-106


0 saran,Bagaimana Menurut Anda??klik disini: