Apakah Tuhan Ada ?

Jumat, 12 Maret 2010

Judul yang sama saya dapati di tulisan rekan-rekan kompasianer, tapi saya ingin membahas judul itu dari sudut pandang keilmuan, non-agama.

Semasa kecil saya selalu yakin bahwa ada sesuatu yang menggerakkan tangan kita untuk melakukan sesuatu, tangan kita untuk memegang, dan juga tentunya kelima panca indera kita yang menjadi sensor dari segala sesuatu yang terjadi di lingkungan kita. Belum lagi saya kadang terheran-heran, bagaimana kemudian otak memberikan respon untuk berlari keluar melihat mobil yang tabrakan ketika telinga saya mendengar suara keras di luar rumah.  Saat itu saya yakin dan pasti ada sesuatu yang membuat semua itu terjadi. Atau bagaimana sesuatu hal itu dapat dilakukan secara sistematis.

Ketika beranjak sekolah menengah, saya mempelajari biologi. Dari situ sedikit terbuka pikiran saya bahwa segala sesuatu nya ternyata memang ada urutan sebab dan akibatnya. Kenapa ada gerak refleks atau yang non-refleks. Bagaimana neron-neron saraf kita mengirimkan unit-unit instruksi ke tangan dan kaki untuk melakukan sesuatu. Ataupun ke otot-otot wajah ketika kita perlu menarik ujung bibir untuk tersenyum.


Saat kuliah, saya mempelajari pemrograman komputer.  Alam pikiran saya  menjadi lebih terbuka lagi. Serangkaian instruksi komputer bisa di susun untuk melakukan sesuatu.  Program komputer bisa mengkalkulasi ribuan data dengan hanya menggunakan beberapa instruksi sederhana, dan juga menghasilkan berbagai jenis informasi dari data-data yang sama. Dari data jumlah penduduk kota Jakarta, bisa dikalkulasi berapa rasio laki/perempuan, berapa prosentasi umur untuk tiap golongan, dll dll.
 
Tiga tahun setelah kuliah, saya mempelajari membuat program-program semacam intelegensia buatan (Artificial Intelligence).  Saya jadi lebih mengerti bagaimana otak kita melakukan proses berpikir, bagaimana permainan catur itu di program, hingga akhirnya bagaimana kita membuat program yang bisa ‘berpikir’, dan memutuskan sesuatu tindakan. Bersamaan itu dari bidang robotika, banyak di ciptakan robot-robot cerdas, yang mampu ‘berpikir’, mampu bermain sepakbola (walau masih dalam bentuk robot empat kaki).

Dan hingga detik itu, saya berkesimpulan, betapa hebatnya Tuhan yang menciptakan manusia.  Manusia mampu membuat program-program yang makin mendekati kemampuan berpikir manusia itu sendiri. Walaupun demikian masih banyak hal yang masih membuat saya penasaran.
Saya juga sempat merenung, bahwa Tuhan menciptakan manusia lengkap dengan kemampuan intelegensia berpikir.  Bahwa sejak bayi proses belajar itu sudah dimulai, hingga ke masa anak-anak, remaja, dewasa hingga menjadi saya ataupun anda yang sekarang ini.

Makin lama otak kita makin pintar.  Sebelum adanya komputer, otak kita di latih melakukan perhitungan-perhitungan kalkulasi. Setelah adanya komputer, perhitungan-perhitungan itu digantikan komputer, sehingga otak kita bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan lain.  Kemajuan-kemajuan yang terjadi secara sistematis ini saya yakini membuat anak cucu kita di kemudian hari akan makin pintar. Misalnya dengan ketersediaan buku-buku pelajaran, otak digunakan untuk belajar dari yang sudah ada, dan selebihnya digunakan untuk pengembangan pengetahuan  lebih lanjut yang belum ditemukan.

Tapi sejauh itu keheranan saya masih belum terjawab. Bagaimana Tuhan bisa memprogram kita hingga bisa seperti itu.  Suatu ketika saya membaca teori ‘Creation’ dan ‘Evolution’. Teori Evolusi yang di kembangkan oleh Charles Darwin, cukup membuat ‘panas’ teman-teman yang berada di kutub ‘Creation’. Teori Creation di buat berdasarkan petunjuk kitab suci keagamaan yang mengatakan bahwa Tuhan lah yang menciptakan manusia, dan bukan mengevolusikan manusia.

Berat saya berpihak ke teori evolusi karena keyakinan saya, tapi disisi lain saya juga sulit  mengamini teori penciptaan karena bukti-bukti yang kurang ilmiah buat saya.

Beberapa hari yang lalu secara tidak sengaja saya menemukan suatu link di internet, yang akhirnya menjawab pertanyaan-pertanyaan saya di atas (linknya di bawah).  Penjelasan ringkasnya dimulai dari DNA.  DNA yang sudah pernah saya baca sejak jaman sebelum kuliah. DNA, berupa molekul, memiliki suatu pola yang berisi kode yang memprogram semua bagian tubuh kita. Kenapa kulit kita berbeda warna, kenapa ada mata yang biru, dll dll.

Menurut artikel itu untuk menyusun pola kode-kode itu ternyata bukan proses evolusi. Di teori proses evolusi dimungkinkan semua mahluk hidup bermutasi secara acak, dan hasil proses acak ini, organisma yang ‘kuat’ akan bertahan hidup dan sisanya akan mati.
sumber bbc.co.uk
sumber bbc.co.uk

Disebutkan di artikel itu, bahwa kode-kode DNA tidak mungkin terjadi begitu saja, harus ada ‘concious mind’ yang menciptakannya. Harus ada sesuatu yang menciptakan secara ’sadar’ atau intelijen.  Jika manusia yang menciptakan DNA, maka manusia itu harus berasal dari generasi-generasi yang jauh di atas kita, yang logikanya harusnya lebih bodoh dari kita yang sekarang.

Jika mahluk UFO, maka akan ada pertanyaan bagaimana mahluk ini melakukan perjalanan waktu-nya untuk mencapai bumi, sebuah pertanyaan yang masih perlu penjelasan ilmiah. Jika kode DNA itu terjadi secara acak, maka secara ilmiah tidak bisa dipertanggung jawabkan karena tidak ada penjelasan sains untuk terjadinya kode-kode itu. Belum lagi kode-kode itu tercipta secara berulang-ulang, sehingga tidak mungkin terjadi secara acak. Hingga akhirnya dinyatakan bahwa pasti ada sesuatu yang merancang kode-kode di DNA itu.

Akhirnya menjawab pertanyaan judul di atas, cukup sudah jika saya berani menyimpulkan kalau perancang  dan pemrogram itu pastilah Tuhan, the only and the greatest designer and programmer on the entire universe.

[referensi tambahan di sini ]

0 saran,Bagaimana Menurut Anda??klik disini: