Upin & Ipin Menang Lagi

Senin, 29 Maret 2010

daniel tanto
kendali atas boneka - foto: daniel tanto

Kami sedang menunggu di halte bis Trans Yogya. Ketika terdengar suara benda runtuh. Saya ternganga, tembok stadion Kridosono runtuh.

Semua menjerit dan berlarian. Bersama runtuhnya tembok, tampak sesosok tubuh bersarung dan berpeci terlepar keluar stadion. Sesosok tubuh itu terkapar. Tersengal. Keringat di baju merahnya. Beberapa tetes darah mengucur dari bibirnya.
Saya tidak kaget lagi. Adegan perkelahian di stadion sudah menjadi makanan umum. Bahkan mass media sangat menyukai adegan ini. Perang supporter, antar pemain, pemain vs wasit, wasit vs penonton, keamanan vs penonton, dan sebut saja, semua komponen manusia dalam persepakbolaan pasti ada yang pernah berkelahi.
Sejenak saya heran, siapakah yang begitu perkasa, bisa melemparkan lawannya sampai menembus tembok stadion? Ternyata mahluk impor negri Jiran yang melemparkannya. Siapa yang dilempar? Melihat gerakan kakunya ketika mencoba berdiri, saya langsung mengenalinya. Unyil! Tokoh idola anak jaman dulu, yang kini dicoba dihidupkan kembali oleh salah satu TV swasta itu, menggeletak lemas di aspal.
Unyil bangkit, mencoba berlari, tidak lincah, seperti yang biasa kita lihat di televisi. Dua anak gundul mengejarnya. Logat melayu dua anak itu sangat kental.
“Ipin, kamu cube kejar..”
“Betul.. Betul.. Betuuul”
Salah satu anak gundul itu berlari lincah seperti mobil Proton Saga, meloncat, menghadang Unyil yang berusaha melarikan diri.
Saya segera mengambil kamera saya, berlari juga. Ini momen langka sangat langka. Tokoh idaman anak negri asal negri Jiran, berkelahi dengan mahluk asli Indonesia. Si Unyil, produksi PPFN, jaman orde lama. Jelas Unyil sangat tidak lincah, beban penyampaian pesan pemerintah kepada masyarakat, tersunggi di bahunya. Semakin hari semakin berat, tidak lincah. Ipin dan Upin sendiri adalah mahluk impor, made in Malaysia. Teknologi 3D grafik. Sangat maju. Sangat digemari anak-anak. Popularitasnya jauh di atas Unyil yang notabene sudah puluhan tahun bercokol di negeri ini.
Kini, tiga mahluk ini tampaknya berkelahi, nampaknya perkelahian mereka disulut senggolan ketika mereka menonton festival band “Gaya Melayu”. Sedang asyiknya berjoged diiringi lagu-lagu ST12 yang kental betul warna melayunya, terjadilah senggolan. Diawali percekcokan, dan semakin memanas karena Unyil tidak memahami gaya bahasa Malaysia mereka yang mirip burung berkicau. Akhirnya tinju yang bicara.
Kini Unyil terkapar di depan gedung Pamungkas, terjerat sarungnya sendiri yang sering dikalungkannya di leher. Upin menarik sarungnya, dan Ipin menginjak dadanya. Tersengal, terbatuk, darah bercipratan bercampur ludah si Unyil. Ajal sudah mendekat. Upin menghabisi nafas Unyil hanya dengan sepenarikan sarung, terdengar bunyi leher patah. Unyil terkulai, jagoan boneka nasional yang pernah populer di masa orde baru, kini terkapar, mati, mampus, di depan stadion yang menggelar festival musik melayu. Lagu “Isabella” mengalun, sendu, mengiringi kematian si Unyil..
Saya sedikit tersentak, walaupun saya kurang menggemari film boneka si Unyil yang dari dulu sampai kini hanya begitu-begitu saja, tetapi rasa nasionalisme saya membuat saya sesak. Kematiannya di depan mata saya. Saya memotret terus, diiringi panasnya mata, menahan emosi. Dengan kejam Upin dan Ipin malah meminta saya untuk memotret mereka dengan pose menginjak mayat si Unyil. Saya tidak berani menolak, redaksi juga pasti menginginkan foto ini untuk headline berita esok.
Esoknya saya membaca koran, headline hari ini: Upin dan Ipin, Pujaan Anak Indonesia, Menang Lagi! Foto saya kemarin menjadi headline. Anak Indonesia bersorak kembali! Hebaaaat hebaaat hebaatt, betuuul betulll betuuullll…
Saya terbangun, kaget karena suara gemuruh, bis Trans Yogya sudah datang. Stadion Kridosono masih utuh. Bah! Untung hanya kayalan pengangguran saja!
daniel tanto -
salam dari negri jiran - foto: daniel tanto -

0 saran,Bagaimana Menurut Anda??klik disini: