Lulur, Kunyit, Rahasia Wanita

Kamis, 18 Maret 2010

Saya tidak sedang menyaingi Mariska Lubis, lho. Saya hanya ingin berbagi kesuksesan seorang sahabat dalam menata kehidupan perkawinannya. Mantan kawan SMA saya ini biasa-biasa saja. Kulit tidak putih, tubuh tidak tinggi, juga tidak langsing. Yang membuatnya nampak lebih adalah sikap positifnya dalam memandang kehidupan. Optimisme, plus kepercayaan diri yang kuat, karena mendapat dukungan suami sepenuhnya.

//aslisunda.wordpress.com
drupadi, kecantikan abadi /http://aslisunda.wordpress.com
Ungkit punya ungkit, kawan saya mengaku puas dengan kehidupan rumah tangganya, termasuk seks. Rahasianya? Suami yang setia, tidak neko-neko, serta kemampuan menjaga kebugaran tubuh. Terutama keharuman dan kebersihan tubuhnya.

Soal harum, tubuhnya selalu wangi. Bukan karena parfum yang mahal, tapi dia rajin luluran. Betul, bisa 2-3 kali seminggu. Ribet amat? Nggak-lah, katanya. Lulur membuat tubuhnya selalu harum, bahkan saat berkeringat sekalipun. Sekalian melestarikan budaya bangsa. Apa tidak makan waktu? tanya saya. Nggak juga, jawabnya. Hanya tiga puluh menit. Bandingkan kalau harus ke salon yang transportasinya saja bisa makan waktu sejam.
Rahasia kedua, dia rajin minum parutan kunyit. Apalagi tuh? Iya, inang kunyit dia parut, lalu dicampur dengan air hangats atau dingin, kemudian diperas. Nggak pakai direbus segala, nanti sari-sarinya hilang. Parutan kunyit ini dia minum 2-3 kali seminggu. Bau badannya pun hilang, termasuk bau di kemaluan. Selain sebagai antibiotik tradisional, pendingin rahim, kunyit memang bisa mengeyahkan bau badan. Pantas kita pun nggak risih berdekat-dekatan dengannya. Apalagi suaminya.
Selain dua rahasia di atas, adalah sikapnya memandang dunia. Kalau ingin dunia nampak indah, pandanglah dunia dengan cara berbeda. Jadi tak perlu susah-susah mengubah dunia seorang diri, apalagi sambil memaki-maki. Bisa mirip orang gila, sia-sia saja, katanya. Betul juga.
Dan yang terakhir, hindari sikap paranoid, terlebih pada suami. Merasa diri tidak muda dan cantik lagi, lalu berpikir macam-macam tentang sikap suami. “Kalau ada yang tidak puas pada kehidupan kita, diamlah. Renungkan, dan temukan jawaban. Jangan cari kesalahan kepada orang lain,” katanya mengakhiri obrolan pagi. Meninggalkan saya yang terangguk-angguk mengamini.

0 saran,Bagaimana Menurut Anda??klik disini: