Imut? Nggak Masalah

Selasa, 09 Maret 2010

Saya baru saja memarkir bebek di depan rumah dan ingin bernafas lega karena tiba di rumah dengan selamat, ketika anak saya bicara dengan wajah murung. “Aku nggak lulus seleksi marching band mah.. ” rajuknya. Dengan mengesampingkan rasa lelah saya
bertanya sebabnya. Inilah resiko ibu yang bekerja. Kadang tak ada kesempatan untuk melepas lelah dulu karena anak-anak keburu minta perhatian. Tapi tak ada rasa sesal dalam diri saya karena telah memilih jalan seperti ini. “Aku nggak bisa marching band karena badanku nggak cukup tinggi.” Itu jawabnya.


Anak saya kelas 5 SD, senang bermain musik, sudah masuk dalam kelompok ansamble di sekolah. Ketika group marching band akan di bentuk di sekolahnya, dengan antusias anak saya mendaftar. Yakin bisa masuk karena kemampuan bermusiknya. Tapi ternyata ada pertimbangan lain dalam seleksi pemain. Faktor tinggi badan itu.

Tak adil menyalahkan anak karena tumbuh imut begitu. Toh dia tak terlalu imut juga menurut saya. Tingginya masih setara dengan teman-temannya, walaupun memang banyak teman-temannya yang tumbuh lebih tinggi. Pun jangan menyalahkan saya sebagai orang tua, karena cakupan gizi dalam makanan yang sehat telah saya berikan semaksimal mungkin tak terpengaruh dengan berlomba naiknya bahan pangan di luar sana. Pembelaan yang bisa saya berikan.. faktor keturunan karena ibunya juga tumbuh imut begini.. hehehe
Bicara tentang tinggi badan memang cukup membuat saya gemes, walaupun ada juga senangnya. Dulu ketika masa SMP dan SMA saya juga sering mendapat candaan teman-teman. Ihhh… kamu kecil banget sih.. begitu selalu. Kalau saya lagi mood saya balas candaan mereka dengan canda juga. Tapi jika sedang bad mood.. saya tinggal pergi. Siapa juga sih yang mau badannya kecil imut begini. Padahal saya juga nggak bermasalah dengan makanan.
Beranjak dewasa saya mulai tak lagi mempermasalahkan keimutan saya, karena banyak juga keuntungan yang saya dapat karenanya. Semasa kuliah dulu, saya selalu menggunakan angkutan yang posisi duduknya 4-6. Tahu kan model angkutan umum apa ? Sekarang saya tidak pernah lagi menggunakan angkutan ini karena ada bebek yang setia membawa saya kemana mana. Walau begitu 4 - 6 tak pernah saya lupa sampai saat ini (Hidup Rossi !). Balik ke masa kuliah tadi, pada waktu jam kuliah angkutan itu selalu penuh. Tapi dengan kondisi tubuh imut, saya tidak pernah ditolak naik walaupun angkutan sedang penuh. Soalnya .. selalu ada tempat hahahaha…
Dalam urusan baju, ketika kebanyakan teman sulit menemukan ukuran baju yang tepat dengan gambar lucu yang diinginkannya, saya selalu mendapatkannya dengan mudah. Tahu kan kalau kaos imut dengan gambar lucu carinya dimana ? Cari saja di papan bertuliskan usia 7 - 12 tahun.
Jadi ketika pada masa itu teman-teman saya ribut dengan urusan diet. Maka saya sangat menikmati makan makanan yang mereka jauhi. Es krim, coklat, ngemil everytime, nasi plus ( doyan apa rakus ? ). Tentu banyak juga kesulitan yang saya dapat karena bertubuh imut. Tapi karena saya hanya ingin share yang bermanfaat saja, jadi kesulitannya biarlah hanya saya yang tahu.
Untuk anak saya yang masih dalam tahap tumbuh kembang, saya optimis saja jika nanti dia akan tumbuh proporsional sesuai dengan usianya. Tidak terlalu gemuk juga tidak terlalu imut. Meski itu tidak jadi obsesi saya. Mau gemuk atau imut yang penting sehat jiwa raganya.
Kepada anak saya yang murung, saya beri penghiburan, tidak berprestasi di dalam marching band kan ada kegiatan lain yang bisa dijadikan tempat berprestasi. Size doesn’t matter my dear, you have to always think big.

0 saran,Bagaimana Menurut Anda??klik disini: