Salah satu kerinduan paling universal dalam zaman ini adalah kerinduan akan kepemimpinan yang memikat (compeling) dan kreatif. Para pemimpin raksasa telah melintas cakrawala budaya, politik dan intelektual kita. Sebagai pengikut, kita mencintai dan mengecam mereka. kita berbaris untuk mereka dan berperang melawan mereka. Kita mati demi mereka dan kita membunuh sebagian mereka.” Kita tak dapat mengabaikan mereka”, karena itu, pemerintahan harus bisa membangun dirinya menjadi pemerintahan yang memikat hati rakyat dan kreatif melahirkan kebijakan populis.
Negeri ini telah begitu banyak melahirkan berjuta-juta wajah kemiskinan. Wajah kemiskinan yang bukan hanya sekadar pendapatan rendah. Namun juga wajah merefleksikan kondisi pendidikan, pelayanan publik dan kesehatan yang buruk, partisipasi budaya sangat rendah, akses informasi, ketidak mampuan menegakkan hak-hak asasi manusia.Bahasa kesadaran kita tentang kekuasaan tak pernah terkait dengan kehendak mewujudkan keadilan. Tak ada yang bicara, berkuasa berarti pelayanan, sebaliknya berkuasa berarti minta pelayanan atau minta diagungkan. Kemorosotan kesadaran intelektual terlihat banyak para ahli berlomba-lomba mengemukakan pendapat, namun pendapat-pendapat itu justru membuat keadaan hidup semakin runyam dan sulit. Panggung politik hanya dipenuhi drama cerita kutil-mengutil terjadi secara kontinuitas (episode-per-episode).
Hukum tak lebih hanya mengusut bayang-bayang si pelaku KKN. Seolah hidup tidak terasa indah tanpa dimahkotai dengan perhiasan KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme) membuat manusia menjadi penjilat untuk bersedia menjual diri kepada kekuasaan tanpa moral - memperjual-belikan kepercayaan - hedonisme merajalel - budaya malu menghilang dari negeri ini, semua menjadi muka tembok.
Banyak orang mengatakan, tidak ada perubahan yang datang dari langit begitu saja, semua itu ada proses. Dulu Nicolaus Copernicus (1473 – 1543) dengan beraninya menentang pandangan geosentris (berpusat pada bumi) dan memperkenalkan pandangan barunya, heliosentris (berpusat pada matahari). Meski revolusi Copernicus ini bermula dari perubahan paradigma di bidang astronomi, Copernicus berhasil menanamkan benih cara berpikir yang lain daripada masa-masa sebelumnya - kemudian diawali oleh masa Renaisance, diikuti zaman Barok, Aufklarung, dan diakhiri zaman Romawi. Berapa puluh ribu tahun yang lalu, Homo Sapiens adalah suatu makhluk yang hidup dalam kelompok-kelompok kecil, suatu masyarakat primitif (…) berproses selanjutnya hingga sampai kepada kerajaan-kerajaan kuno – menghasil produk kultural-hukum dari kerajaan-kerajaan seperti Mesopatamia kuno, Mesir kuno, India, Cina dan Yunani-Romawi (…) Kemudian hasil dari proses ini ialah berupa ilmu pengetahuan tentang hukum (…) hingga sampailah kita pada perkembangan di negara-negara moderen sekarang ini. Begitu pula, kehidupan sosial manusia bukan saja mengalami perkembangan dan perubahan, namun juga berangsur-angsur semakin cepat dan kuat.
Sejarah lebih dari sekadar kronik, karena dalam sejarah terkandung pikiran yang hidup dari dan tentang masa lampau. Dalam sejarah bukan saja mencari kebenaran masa lalu “what the past is really like”, akan tetapi berdasarkan itu memperbandingkannya dengan masa kini.
0 saran,Bagaimana Menurut Anda??klik disini:
Posting Komentar