Keberanian untuk Salah
Senin, 08 Maret 2010
Disela-sela gonjang-ganjing gelar perkara oleh KPK untuk kasus BO, aliran dana, L/C fiktif Bank Century, demo disana-sini sampai berita penumpasan teroris di Aceh yang tidak ada sangkut-pautnya dengan GAM. Penulis coba mengetengahkan satu kisah ringan, sekedar buat mengendurkan ketegangan syaraf kita, yang barangkali saja bisa dijadikan masukan untuk memotivasi diri, guna melangkah kedepan. Semoga saja …..
Di kampung penulis, ada dua sahabat, sebut saja namanya Ali dan Iqbal. Mereka kawan sepermainan sejak masa kanak-kanak hingga dewasa. Ali dibesarkan dari keluarga yang berkecukupan, ayahnya pengusaha yang cukup sukses, dan ia berhasil menamatkan sekolahnya hingga mencapai jenjang sarjana. Sedangkan Iqbal dari keluarga yang agak kurang beruntung, ia hanya bisa menyelesaikan Sekolah Menengah Atas (SMA) saja, orang tuanya tidak mampu menyekolahkan Iqbal ke jenjang pendidikan perguruan tinggi, karena masih ada tiga orang lagi adiknya yang masih memerlukan biaya pendidikan, sedangkan ayah Iqbal hanyalah seorang buruh di salah satu pabrik tegel.
Belakangan ini, Ali mulai dilibatkan ayahnya untuk membantu di perusahannya. Singkat cerita, pada suatu hari, Ali mengajak Iqbal untuk menemaninya berkunjung ke kantor rekanan bisnis ayahnya. Ketika sepulangnya dari kantor tersebut, dalam perjalanan pulang, Ali menegur Iqbal agak keras dan terkesan melecehkan, “Kamu tadi berbicara dengan bahasa inggris yang amburadul! .. Dengan bahasa inggris yang jelek seperi itu, aku tak akan pernah berani untuk membuka mulutku!”
Iqbal sama sekali tidak memberikan reaksi marah, dan tidak juga merasa terhina, ketika dikritik oleh sahabatnya itu. Iqbal dengan santainya menjawab, “Berkatalah salah agar kamu dapat berkata benar!” Kemudian ia pun menambahi,
“Meskipun kamu seorang sarjana dan aku tidak punya titel apapun, kamu kan jadi tahu bahwa aku bisa berbicara bahasa inggris, walaupun menurutmu itu amburadul! Dan sementara itu, kamu tidak akan pernah punya keberanian untuk memulai berbicara dalam bahasa inggris, walaupun kamu merasa bisa dan mengerti bahasa inggris!”
Tanpa terasa waktu berlalu, dan kejadian tadi, adalah dua puluh tahun yang lalu. Sekarang jawaban Iqbal ketika menanggapi kritikan Ali menjadi kenyataan. Ali masih sama seperti dua puluh tahun yang lalu, tetapi yang sangat mengagumkan Iqbal kini telah membuat perubahan besar dalam hidupnya. Sekarang dia dapat berbicara dalam bahasa inggris dengan sangat lancar, dan tak seorangpun dapat menyalahkannya dalam hal tata bahasa dan pengucapan. Iqbal kini menjadi salah seorang top executive di salah satu perusahaan multi nasional yang membawahi opersional untuk kawasan Asia dan Oceania.
Sikap berani Iqbal itu tentunya mendorong adanya kemajuan yang pesat pada dirinya. Pada awal mula kariernya, dia hanyalah karyawan staff biasa di bagian umum pada perusahaan tersebut. Nyaris tidak ada waktu yang disia-siakan pada awal ia mulai bekerja, dari mulai mengikuti kursus-kursus yang dibiayai oleh perusahaan, maupun yang ia keluarkan sendiri dari tabungannya. Semangat belajar dan keingin-tahuannya tinggi.
Semboyan, berkatalah salah agar kamu dapat berkata benar, dalam hal ini rupanya telah menjadi kunci sukses Iqbal. Prinsip yang menjadi moto dalam hidupnya itu, telah mengantarkannya menjadikannya seperti keadaanya saat ini, dan agaknya itu tidak hanya berlaku dalam hal bahasa saja, akan tetapi pada semua permasalahan hidup, termasuk dalam berbisnis.
Pada perkembangan dunia seperti sekarang ini dimana tingkat persaingan yang sangat tinggi, kesuksesan yang potensial terdapat pada mereka yang mempunyai keberanian, yang maju tanpa takut, dan berani mengambil inisiatif untuk menghadapi resiko. Hanya mereka yang mempunyai keberanian untuk salahlah yang akan mencapai apa saja yang berharga dalam hidup. Bagi mereka yang takut membuat kesalahan akan tetap tertinggal di belakang dalam persaingan hidup, dan tujuan akhir mereka akan semakin jauh, …. dan jauh ……
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 saran,Bagaimana Menurut Anda??klik disini:
Posting Komentar