Tuhan Menegur Lewat Sebungkus Kacang Goreng

Minggu, 07 Maret 2010

Malam sudah larut, di saat orang-orang tidur dengan pulasnya di tempat tidur masing-masing atau sedang asyik menonton siaran langsung pertandingan bola, kami harus memulai kegiatan untuk mengumpulkan rupiah demi rupiah.

Angin laut kencang, suhu yang semakin rendah, mengantuk, dan belum lagi drakula-drakula bersayap berdarah dingin penghisap darah. 

Berterbangan mencari kulit-kulit makhluk hidup yang terbuka dan mengklaim bahwa itulah tempat yang dijanjikan oleh tuhan. Tempat yang menjadi alasan drakula-drakula ini diciptakan. Ngiiiingngngngng, , , , Ngiiiingngngngng, , , , suara sayapnya mengaing-ngaing di telinga. Kaki-kaki halusnya bila hinggap di pipi mampu menimbulkan suara yang keras. 

PLAAAAK !! PLAAAAK !! Tangan akan menyusul setiap kali drakula ini mendaratkan kakinya di pipi, kening, telinga, kaki, dan kadang tak segan-segan ke (maaf) pantat korban yang sedang hajatan dan tak perduli tangan-tangan yang penuh kebencian siap membinasakannya.

“AAARRRGGGHH !!, nyamuk sialan !!” makiku dalam hati.. Makhluk ini sudah menjadi musuh abadi manusia. Pembawa penyakit malaria, demam berdarah dan penyakit, penyakit, penyakit.


Lebih baik duduk di warung yang ada di sudut pelabuhan itu. Porter-porter jika menunggu kapal berlabuh pasti akan menunggunya di warung tersebut (untuk menghargai keringat mereka maka saya tidak menyebutnya kuli pelabuhan). 

Jumlah mereka ada sepuluh orang. dan bila nyamuk-nyamuk ini masih mengikutiku sampai ke warung tersebut, maka berkemungkinan nyamuk-nyamuk ini akan menyebar ke sepuluh porter yang ada.

Berhasil !! Ternyata nyamuk-nyamuk itu langsung berpindah tempat mengais rezekinya. Tapi masih ada satu ekor yang menari-nari di depan wajah. 

Kubiarkan dia memilih sendiri kulit mana yang disukainya. PLAAAK !! Sepersekian detik selang waktu dari pendaratannya di kulit wajah, tanganku sudah menyusulnya. Tewas seketika.

Belum puas dengan membunuhnya, tubuh makhluk malang ini masih kupelintir hingga tidak berbentuk nyamuk ataupun makhluk yang lainnya.. Kejam ?? Jangan heran,disadari atau tidak itulah manusia.

Bagaimana dengan teman-teman nyamuk yang malang itu ?. 

Aku sudah tidak perduli, karena seleraku sudah terpikat oleh berbungkus-bungkus kacang goreng.Dua minggu yang lalu kacang goreng tersebut sangat gurih. Bumbu-bumbunya seperti bawang, daun seledri dan bumbu yang lainnya sangat nikmat di lidah. 

Namun minggu kemarin rasanya sudah berubah hambar dan tawar. Ah, mungkin pembuatnya sudah tidak sama dengan kacang goreng yang dua minggu lalu. 

Lalu apakah kacang goreng ini sama dengan yang dua minggu atau minggu yang kemarin. Daripada penasaran lebih baik aku tanyakan langsung kepada pemilik warung yang kebetulan orang padang.

“lai lamak kacang ko ni ?” (enak gak kacang ini kak?) tanyaku penuh penasaran.

“antahlah, lun uni cubo lai ” (entahlah, belum kakak coba) jawab pemilik warung yang bukan menghilangkan rasa penasaranku tapi malah memperbesarnya.

Akhirnya aku ambil juga satu bungkus dan langsung kubuka bungkusnya. Saat kacang pertama menyentuh lidah barulah terjawab rasa penasaranku. Rasanya hambar dan tawar seperti kacang minggu yang kemarin. Apa maksudMu Tuhan ??

Kacang berikutnya menyusul masuk ke mulut, mungkin saja akan merubah rasanya. Ternyata sama saja dan tidak berubah sedikitpun. Kalau tidak segan sama pemilik warung mungkin sudah kubuang kacang ini.

“ni, kopi ciek ni” (kak, kopi satu kak) aku meminta kakak pemilik warung untuk membuatkan seangkir kopi sambil meletakan sisa kacang goreng di meja. Tapi bukannya di meja, namun malah jatuh dan berserakan di lantai tanpa tau penyebabnya.
“astaghfirullah…”

Apakah salah caraku meletakannya ?

Apakah Allah marah karena aku telah membunuh nyamukNya dengan kejam ?

Ataukah Allah menegurku karena telah mencela nikmatNya ?

????

0 saran,Bagaimana Menurut Anda??klik disini: