Jika menggunakan prinsip 80-20, maka 80% uang yang beredar dikuasai oleh 20% manusia di bumi ini, sehingga hanya 20% manusia kaya, sedangkan sebagian besar tidak kaya. Karena sebagian besar tidak kaya, maka sebagian besar manusia hanya melihat masalah-masalah orang tidak kaya dan menganggap orang kaya tidak punya masalah atau masalah orang kaya bukanlah sesuatu yang perlu dibesar-besarkan. Tulisan ini bermaksud memberi gambaran permasalahan yang dihadapi 20% orang kaya tersebut yang tidak diketahui oleh sebagian besar masyarakat, terlepas dari berat atau ringan beban yang ditanggung masing-masing individu.
1. Takut Kehilangan UangBagi sebagian besar manusia, ketakutan kehilangan uang dapat diatasi dengan lebih berhati-hati menyimpan uang di dompet, di rumah, di lemari, di bank atau di ’safe-deposit box’. Sebagian manusia yang hampir tidak memiliki tabungan, yang uangnya habis untuk kebutuhan sehari-hari, tidak pernah memikirkan tempat penyimpanan uang yang aman. Mereka tidur nyenyak tanpa cemas akan kehilangan uangnya.
Sebagian manusia lainnya tidur nyenyak, karena uangnya aman disimpan di bank dan dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) karena jumlahnya di bawah Rp. 2 milyar. Tetapi, orang-orang kaya harta terbesarnya disimpan dalam bentuk surat berharga yang nilainya dapat naik atau turun tergantung keadaan ekonomi makro maupun mikro. Mengapa mereka tidak menyimpan uangnya dalam bentuk tunai berupa tabungan atau deposito? Karena tidak mungkin, karena bentuk kekayaan mereka memang bukan uang tunai. Sebagian besar manusia bisa beranggapan kalau orang kaya tersebut punya harta Rp.1 trilyun dan kemudian berkurang menjadi Rp.800 milyar, pasti mereka tidak akan pusing atau cemas atau takut. Anggapan tersebut sama dengan anggapan bahwa seorang pegawai yang bergaji Rp.1,5 juta per bulan, pasti tidak pusing atau cemas atau takut bila tabungannya yang berjumlah Rp.10 juta berkurang menjadi Rp. 8 juta. Jadi karena sebagian besar harta orang kaya nilainya mudah berubah, maka mereka lebih sukar mendapatkan rasa bebas dari ketakutan kehilangan uang.
2. Takut Kehilangan Pengaruh (Kekuasaan)
Hampir seluruh manusia setuju, kalau eksistensi mereka perlu diakui oleh manusia lainnya. Tidak ada orang yang bisa bahagia, bila keberadaannya dinihilkan atau dikecilkan oleh lingkungannya. Bagi sebagian besar manusia, mereka berbahagia bila eksistensi mereka dirasakan oleh keluarga dan lingkungan tempat mereka berkarya. Mereka senang menghadiri acara syukuran teman atau kerabatnya. Tetapi, bagi 20% manusia, karena mereka merasa lebih hebat dari 80% lainnya, mereka baru merasa senang apabila mereka mendapat status VIP atau VVIP. Status tersebut mudah didapatkan di dalam keluarga atau lingkungan kerjanya, karena mereka memang pemimpin. Ketika menghadiri pesta kerabatnya, tempat istimewa telah disediakan baginya. Tetapi di lingkungan hidup yang lebih luas, mereka akan berhadapan dengan manusia lain yang berstatus sama, yaitu orang kaya lainnya. Maka mereka harus bersaing dan dengan kekuasaannya, mereka mendirikan berbagai macam organisasi, klub dan perkumpulan agar mereka bisa menempati kedudukan dan status istimewa dengan fasilitas dan kewenangan istimewa yang tidak dimiliki anggota lainnya. Kemudian mereka berusaha membangun citra organisasinya tersebut, sehingga menjadi yang paling elit dan eksistensinya diakui sebagai yang paling bergengsi. Jadi lebih sukar bagi orang kaya untuk mendapatkan kebebasan dari ketakutan kehilangan pengaruh.
3. Kehilangan Cinta
Apakah mungkin mencintai seorang kaya tanpa mencintai uangnya? Bagi sebagian besar manusia yang hidup dalam keluarga, mereka berjodoh dan beranak atas dasar cinta. Namun, semakin banyak uang yang dimiliki oleh seseorang, semakin sulit memisahkan apakah seseorang mencintainya karena pribadinya atau karena uangnya. Karena, terlalu sulit untuk memisahkan keduanya, maka keduanya dianggap sebagai satu kesatuan, atau: saya mencintai kamu seutuhnya termasuk keadaan kamu sebagai orang kaya. Karena kekayaan 20% orang tersebut tidak akan habis dimakan satu generasi, maka keadaan kamu sebagai orang tidak kaya boleh dicoret dari kamus kehidupan kita dan tidak perlu dibahas lebih lanjut lagi.
Lalu dimana letak problematikanya?
Masalahnya sifat cinta itu abadi, sedangkan sifat uang itu tidak abadi. Ketika keduanya disatukan, maka terjadi kompleksitas yang perwujudannya antara lain sebagai berikut:
a. Apakah cukup kamu seorang dalam hidupku? Kamu punya beberapa kelemahan, apakah saya tidak boleh menemukan orang lain tanpa kelemahanmu itu? Saya punya kemampuan finansial untuk menemukan orang lain tersebut.
b. Apakah kamu cukup menghargai saya? Waktu yang kamu luangkan bagiku terlalu sedikit dan saya punya kemampuan finansial untuk menemukan seseorang yang bisa mengisi waktu-waktu kosongku.
c. Sensasi hubungan dengan kamu telah memudar. Sensasi yang datang dari uang jauh lebih menarik dan dapat menggantikan sensasi hubungan kita.
Akhirnya arti cinta bagi orang kaya mungkin tidak sama dengan arti cinta bagi orang yang tidak kaya. Maka jangan heran bila ada orang-orang kaya yang meninggalkan kekayaannya untuk memulai hidup yang sama sekali berbeda.
0 saran,Bagaimana Menurut Anda??klik disini:
Posting Komentar