Dua Cerita dalam Satu Hari

Selasa, 02 Maret 2010

Suatu hari saat baru datang di Kota Bandung, saya memutuskan untuk menghubungi teman lamaku yang baru beberapa hari lalu ‘dipertemukan’ temanku di Facebook, kami sepakat untuk bertemu, lalu kami janjian ketemu di depan Lapas Banceuy. Ada rasa kaget campur kagum dengan temanku yang satu ini, karena sebelumnya saya tahu persis seperti apa dia. Saat bertemu, ciri fisik dan cara berpakaiannya sangat berbeda, yang saya hafal saat itu hanyalah, senyumnya, cara dia bersalaman, dan penerimaan dia kepada saya… masih tetap seperti dulu.
Sahabatku ini sekarang memutuskan untuk meningkatkan porsi Ibadahnya, dengan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ketika saya tanya bagaimana perjalanan hidupmu sampai saat ini, “… saat ini saya sedang membereskannya…”, Hidup sangat singkat kalau hanya untuk mengurus urusan duniawi saja, buktinya Allah SWT ternyata memang Maha Penyayang dan Maha Pengasih, selalu ada rejeki untukku dan keluargaku, tanpa aku harus mengejarnya, sampai aku melupakan urusan akhirat nanti. Itulah yang terekam dari perjumpaanku yang singkat.

Sore harinya, setelah hujan angin reda, aku bertemu dengan teman masa kecilku yang lain. Setelah mengobrol mengenang kejadian dan peristiwa yang pernah kami lalui, akhirnya pembicaraan menjadi serius, setelah salah seorang teman melontarkan pertanyaan, mulai kapan kamu jadi “anak nakal”.
Jawaban yang didapat cukup membuat saya kaget.., teman saya bilang, saya jadi “anak nakal” setelah saya berumur 40 tahun, dan ini saya lakukan setelah saya merasa cukup membiayai istri dan anak-anakku, telah cukup menyenangkan orang tuaku, dll dll… maka saya sekarang akan melakukan apa yang saya sukai, apapun itu, dan yang paling mengagetkan adalah… Maaf kalau saya tidak percaya lagi pada Allah SWT.
Teman saya ini bukan orang yang tidak pernah melakukan Sholat atau kegiatan kegamaan lainnya, namun ternyata menurut dia, ternyata dia tidak bisa terima ketika dia disuruh Sholat oleh orang tuanya, terutama sholat subuh, ketika dia sedang enak-enak tidur, menurutnya sholat tidak harus mengganggu kenikmatan dia tidur, jadi dengan kata lain, temanku itu “Sholeh” karena dipaksa, tanpa dia tau makna dari “Sholeh” nya itu.
Pertemuan hari itu, sangat mengusik hati saya… Apa yang hendak Allah sampaikan kepadaku..??
Saya tidak memuji atau menghujat keputusan yang diambil oleh kedua teman saya itu, namun seperti yang pernah dikatakan oleh Teman saya yang lain “… lalu kamu mau ikut yang mana….?, sebuah pertanyaan yang tak perlu kita jawab, tapi pantas kita renungkan, karena semua bermula dari latar belakang yang terjadi pada masing masing pribadi kita dan pengalaman hidup yang pernah dialami, serta bagaimana kita bisa menyikapinya, atau mengambil keputusan yang terbaik menurut kita.
Dan sepertinya bukan kebetulan, ketika tadi sore saya baca di teks sebuah film kungfu “… Pelajarilah Jalannya, kemudian kamu tentukan jalanmu…”
Hidup memang sangat singkat, dan persimpangan yang ditawarkan sangat banyak, sebaiknya kita perlu mengetahui melalui ilmu, kenikmatan seperti apa yang ada di setiap jalan tersebut, supaya kita tidak salah melangkah. Hidup adalah pilihan, dan kita memang harus memilih yang terbaik…

0 saran,Bagaimana Menurut Anda??klik disini: