Bola Kecil

Kamis, 04 Maret 2010

Setiap hari Selasa dan Jumat, kalau memungkinkan aku akan mengikuti latihan ping pong, sekedar untuk mencari keringat plus menerapkan kegiatan untuk tidak “Tua di kantor” (http://sosbud.kompasiana.com/2010/01/27/tua-di-kantor/). Latihan biasanya dimulai jam 5 sore, sedangkan aku baru bisa bergabung sekitar jam 6 atau 7 malam.

“Malam, Om..” kataku pada sang pelatih ketika memasuki ruang latihan. Ada 3 meja ping pong Donic yang telah terpasang. Pemain juga sudah banyak, sekitar 8 orang, termasuk pelatih.
 “Malam Vera..kamu kemana saja nih..Om tunggu buat latihan, eh..sudah 4 kali latihan tidak kelihatan nih. Kenapa?” katanya sambil menyeka keringat.

“Sorry Om, banyak kerjaan, nggak bisa ditinggalin, trus keluar kantor, jadi pulangnya rada malam gitu, Om.. Hehehe…” kataku menjelaskan sambil mengeluarkan bet.

“Wah, kalau gitu, bolanya harus nambah nih..sekarang 3 keranjang, mau? Kuat nggak?” katanya.

“Boleh Om, saya coba ya..” kataku sambil membayangkan. Biasanya, latihan tenis meja ada istilah “Bola Banyak”. Disebut bola banyak, karena dalam satu keranjang itu biasanya berisi 200 bola ping pong. Nah, kalau tiga keranjang, artinya aku harus memukul kira-kira 600 bola. Kalau satu bola masuk lalu dimainkan 3 kali saja, maka saya akan mengayunkan tangan sebanyak 1800 kali. Ampunnn…bisa klengerrr…


Setelah pemanasan sendiri, Pelatih yang kami sapa dengan Om “T” akan melatih setiap pemain, tidak perduli pemula atau sudah profesional untuk menggunakan bola banyak. Latihan itu akan mengasah pemain untuk fokus dan mengatur sasaran pukulan bola.

“Vera! Kamu harus fokus! Saya suruh ke daerah ini. Lihat arah bola yang datang! Kalau salah lagi, kamu saya suruh sit up, kaya si Anto”katanya dengan sedikit keras/bentakan sambil melirik Anto. Aku melihat ke arah Anto, anak SMA yang merupakan anak latih Om “T”.  Duh..dia mah, badannya kurus..Lha..kalau saya? Hm..

“Iya Om.” kataku. Meskipun aku dibentak, aku tidak marah. Karena, dalam latihan, aku merasa itu adalah hal yang wajar, untuk memacu adrenalin pemain. Tapi selesai bermain, Om “T” akan menasehatiku dengan nada/intonasi yang biasa. Entah karena merasa nggak enak, pernah suatu kali selesai latihan Om “T” berkata :

“Kamu jangan marah, kalau waktu latihan saya keras sama kamu ya.”

“Iya Om. Vera nggak marah, karena Vera salah. Nanti Vera akan latihan yang lebih keras lagi.”

“Kamu nggak boleh menyerah. Setiap yang latihan sama Om harus bisa. Jangan mau kalah dengan orang lain. Kamu generasi penerus. Lihat, tidak ada perempuan yang masih muda yang ikut disini. Semuanya sudah senior. Kamu harapan mereka.” katanya dengan semangat. Eh..aku yang keki.

“Tapi kan Vera nggak pintar, kaya mereka, Om. Lagian Vera bukan atlit.” kataku pelan. Dia mendengar.

“Atlit atau bukan, latihan harus serius, rajin, jangan setengah-setengah.”

“Iya Om.” kataku singkat.
 Ping Pong : Belajar Fokus, Disiplin dan Sportif
Ketertarikanku pada bola ping pong barangkali bisa dibilang bawaan lahir. Soalnya, berdasarkan cerita mama, menjelang saya lahir, mama saya masih main ping pong sama papa. Aduh…aku membayangkannya saja bergidik. Bahkan meja ping pong kami miliki, tapi karena kondisi rumah yang tidak memungkinkan alias nggak muat, meja ping pong berwarna hijau itu harus dijual. Sedih, nggak bisa latihan lagi. Tapi bukan berarti juga, karena punya meja ping pong, aku mahir memainkannya. Barangkali naluri ada, tetapi pelatihnya ya hanya mama atau papa saja. Jadi tekniknya jauh tertinggal.

Kesempatan main ping pong mulai tersalurkan setelah kerja, karena ada mantan pelatih nasional dan tempat yang disediakan. Bet nya saja lebih tua dari umur aku, hehe…Tapi, lagi-lagi..aku harus mulai belajar. Dibentak, dimarahin, ya terima aja..karena di luar latihan, Pelatihnya baik banget, mengajari sesuai tahapan, kalau sudah mahir yang drive, lanjut block, lanjut dengan chop, service dan sebagainya, jadi tidak sembarang latihan.

Seorang teman pernah berkata, kalau main ping pong itu gampanggg… Saya mendelik. Coba saja dilatih sama Om “T”, bisa-bisa klenger..Apalagi, kalau nonton filmnya! Tanpa sengaja, suatu kali saya pernah menonton film Balls of Fury. Film ini bergenre komedi tentang ping pong dan mengundang pertanyaan dalam hati, teknik mana lagi yang bisa membuat dia menang. Adalah seorang atlit ping pong cilik berbakat bernama Randy Daytona. Ketika bertanding untuk membantu agen FBI, Randy diwajibkan untuk berlatih bermain ping pong dengan menggunakan sendok kecil (barangkali seukuran sendok teh) untuk memukul bola. Gurunya yang sangat keras mengajarkan teknik-teknik penguasaan bola. Kerennn…

Temen-temenku banyak yang nggak latihan lagi, karena capek ataupun nggak sempat, padahal pesan Om “T”, harus disiplin dan fokus untuk belajar teknik serangan lawan. Sebagai pemula, masih banyak teknik yang tidak saya ketahui. Tapi yang jelas, ping pong itu tidak gampang. Satu hal lagi yang diajarkan oleh Om “T”, bahwa kalau mau diajari latihan bola banyak, maka harus terlebih dahulu memungut bola. Tidak ada yang boleh bermain tanpa memungut bola yang berserakan di lantai. Jika itu terjadi, Om “T” tidak segan untuk menegur keras. Menurutnya, bermain itu harus sportif, harus mau susah, hehehe…
Hm..sudah jam 7, aku harus latihan.
Salam Olahraga.

0 saran,Bagaimana Menurut Anda??klik disini: