Benarkah Industri Rokok Dibalik Demo Petani Tembakau?

Kamis, 04 Maret 2010

Pasti ada yang bisa kita lakukan (paman google)

Rokok adalah jenis barang yang merupakan produk dari tembakau. Merokok adalah aktivitas menghisap, menghirup barang produksi tembakau berupa rokok itu tadi. Zat kimia yang terkandung dalam rokok ini, sudah menjadi rahasia umum akan menimbulkan kerugian yang besar bagi kesehatan. Hal ini sudah barang tentu harus mendapat perhatian khusus dari pemerintah.

Pasti ada yang bisa kita lakukan (paman google)Mengatasi permasalahan ini, pemerintah berencana mengatur penjualan tokok tersebut dengan menyusun RPP Produk Tembakau Sebagai Zat Adiktif Bagi Kesehatan. RPP ini disusun di kementrian Hukum dan HAM. Fokus RPP Pengamanan Produk Tembakau Sebagai Zat Adiktif Bagi Kesehatan adalah antara lain tentang larangan industri rokok untuk menayangkan iklan rokok di media apa pun, termasuk untuk kepentingan sponsorship maupun corporate social responsibility (CSR). 

Harian Kompas pada tanggal 22 dan 23 Februari 2010 memasang iklan yang memprotes tentang rencana pemerintah menerbitkan peraturan tentang produk tembakau. Iklan tersebut menuntut pemerintah dkk mewujudkan peraturan atas produk tembakau yang menyeluruh dan berimbang dan diterima semua pihak. Iklan tersebut mengatasnamakan Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI) yang didukung beberapa pihak seperti APTI, HKTI, Pemuda HKTI, APCI, Gaprindo, RTMM dan PT HM Sampoerna Tbk. Belakangan ada protes keras dari HKTI karena merasa namanya dicatut untuk iklan ini. HKTI merasa tidak pernah sama sekali diajak konsultasi apapun mengenai iklan tersebut.

Menarik kiranya memperhatikan pertentangan yang terjadi ini. AMPI menklaim dalam iklannya tersebut bahwa peraturan ini akan mematikan para petani tembakau dan pabriknya. Ada sekitar 6 juta petani tembakau yang akan terganggu dengan adanya RPP ini. Klaim ini kemudian dianggap sebagai sebuah kebohongan publik karena tidak sesuai dengan data yang ada.

Kebohongan publik terkait pada realita petani tembakau dari 10 tahun terakhir justru menurun dari 800 ribu menjadi 600 ribu. Data pada tahun 2009, sebagian besar petani tembakau justru tidak pernah bertambah kesejahteraannya. Bahkan survei terakhir menyebutkan, 2 dari 3 petani tembakau mengaku kapok untuk menanam tanaman tersebut. klik disini.

Klaim tentang RPP tembakau akan mematikan petani tembakau memang patut dipertanyakan. Selain karena realitanya petani tembakau tidak pernah sejahtera dan hanya dijadikan sebagai kuli, RPP ini juga sebenarnya tidak mengatur mengenai pelarangan penjualan rokok maupun penanaman tembakau. RPP ini hanya mengatur mengenai penjualan.

Industri rokok memang sebuah usaha yang menggiurkan. Lihatlah para pemilik pabrikan rokok, ternyata mereka adalah orang-orang terkaya di Indonesia. Adanya counter yang dilakukan oleh AMPI pun patut dicurigai sebagai upaya untuk pembelokan fakta. Fakta-fakta kerugian kesehatan dan masalah lain yang timbul akibat rokok ini memang selalu dibenturkan dengan nasib-nasib petani tembakau.

Data Badan Pusat Statitik (BPS) pada tahun 2007 menyebutkan, nilai impor rokok mencapai USD 133 juta. Sementara, jumlah petani terus berkurang. Hal ini jelas memperlihatkan bahwa sebenarnya untuk petani tembakau, tidak ada keuntungan yang nyata karena ternyata industri rokok pun menggantungkan bahan utamanya tembakau tidak pada petani lokal melainkan hasil impor.
Rencananya AMPI dan petani tembakau akan menggerakan anggotanya berdemonstrasi di gedung DPR, Kementrian Kesehatan serta kementrian Hukum dan HAM besok (01/03) untuk menolak RPP Tembakau. Hal ini tentu patut dipertanyakan. Dengan realita yang ada soal impor tembakau lalu tiba-tiba sekarang mereka bicara mengenai kesejahteraan petani, petani yang mana? Siapa dibalik semua ini? Benarkah Industri rokok dibalik semua ini? 

Permasalahan ini, jelas mendapat perhatian lebih dari industri rokok. jelas mereka memperlihatkan pada kita bahwa industri rokok memang benar-benar tidak mau keuntungannya yang mengalir deras selama ini terganggu. Bahkan rencana aturan yang hanya mengatur tentang penjualan termasuk iklan yang dibatasi pun mereka counter. Apakah kemudian mereka tidak berupaya memikirkan kualitas bangsa ke depan? Oleh karena itu, sekali lagi, marilah gerakan dukungan yang kuat untuk adanya pembatasan terhadap penjualan rokok yang semakin tidak terkendali ini.

Semoga kita bisa ikut andil dalam rangka menciptakan kualitas bangsa ke depan yang lebih baik.

0 saran,Bagaimana Menurut Anda??klik disini: