Dalam pedagogi atau ilmu pembelajaran dikenal dua motivasi yang mendorong seseorang berpartispasi dalam kegiatan pembelajaran; Motivasi Intrinsik dan Motivasi Ekstrinsik. Motovasi Intrinsik lahir dari dalam diri sendiri karena kesadaran dan minatnya untuk mengikuti diklat. Motivasi Ekstrinsik berasal dari luar diri yang bersangkutan seperti untuk mendapat sertifikat, ingin memperoleh lunsum, atau karena takut dimarahi atasan. Jenis motivasi tersebut akan mempengaruhi perilaku peserta selama mengikuti diklat.
Sebagai pengajar teknik presentasi dan TOT (Training of Trainers) saya mengadopsi gagasan sejumlah referensi tentang 8 tipe peserta diklat berdasarkan perilakunya sebagai hasil dorongan jenis motivasinya; Satu tipe adalah peserta dengan motivasi intrinsik dan selebihnya yang 7 tipe lagi gaya perilaku belajar dengan motivasi ekstrinsik. Berikut adalah rangkumannya.
Tipe Kuda: Kuda adalah hewan yang dapat bekerjasama dengan manusia mencapai tujuan. Kuda dapat ditunggangi atau menarik kereta untuk mengantarkan penumpang ke tujuan. Peserta tipe ini sangat kooperatif dan serius bahkan menawarkan gagasan-gagasan yang memperkaya suasana diklat.
Tipe Bulldog: Hewan ini selalu menggonggong dan menyerang pendatang atau orang asing yang belum dikenalnya. Tipe peserta seperti Bulldog dalam setiap selalu marah-marah. Marah ke penyaji dan penyelenggara. Kit, materi sajian, sampai akomodasi dan konsumsi akan menjadi alasan untuk marah.
Tipe Landak: Landak adalah hewan yang memiliki dua senjata, giginya dan bulunya yang tajam. oleh sebab itu dia tidak saja bisa menyerang dari depan dengan taringnya, tapi juga menyerang dari belakang dengan bukunya. Peserta tipe landak ngeyel dan tidak bisa diikuti kehendaknya. Dikuti salah, tidak diiukuti salah. Dia selalu mengintip kekhilafan penyaji.
Tipe Monyet: Monyet sirkus sangat lucu tetapi kata orangtua binatang ini usil dan ribut. Peserta tipe monyet tidak bisa diam, selalu bicara dan gelisah. Dia mengajak teman bicara dengan topik yang tidak ada relevansinya dengan materi yang sedang disajikan. Sampai sampai kadangkala kumis penyaji jadi bahan ngobrolnya. Semakin kuat penyaji bicara, semakin kuat pula dia bersuara.
Tipe Merak: Merak adalah unggas yang narsis, menyombongkan keindahan bulunya. Namun merak adalah burung yang tidak bisa terbang. Justru kelemahannya itu ditutupi dengan keindahannya tadi. Peserta tipe ini datang ke diklat untuk memmaerkan apa yang dimilkinya untuk menutupi kelemahannya. Dia berdandan berlebihan. Dia selalu memamerkan apa yang dimilkinya sepett, tetapi bukan kompetensinya. Ia membanggakan hartanya, keluarganya. Bahka, jika merasa pendengarnya tidak kagum akan keluarganya, dia pamerkan pula selingkuhannya. Pokoknya dia ingin selalu lebih dari yang lain tetapi bukan dalam kompetensi yang relevan dengan topik diklat.
Tipe Jerapah: Sebagai hewan berleher terpanjang diantara semua jenis satwa, jerapah memiliki jarak yang jauh dari kepala ke tanah tempat dia berpijak. Oleh sebab itu, peserta tipe jerapah selalu sok teori dengan gagasan yang tidak menjejak bumi atau praksis. Dia selalu mengcounter pendapat penyaji dengan toeri teori yang muluk tidak aplicable dan parahnya dia sendiri kadang cuma tau judulnya tidak faham isi teorinya. Orang-orang yang baru menyelesaikan pendidikan akademik tidak sedikit yang seperti ini. Dia datang ke diklat bukan untuk blajar, tetapi untuk menceramahi atau berkhotbah alias “giving sermont” kepada peserta dan bahkan kepada penyaji. Dia sangat menikmati jika penyaji terdesak dengan ceramahnya.
Tipe Kuda Nil: Hewan ini memliki dagu yang sangat besar dan berat sehingga kuda nil selalu tertunduk. peserta tipe Kuda Nil selalu tertunduk dan tertidur. Banyak peserta yang berusia 40 tahun ke atas berperilaku seperti Kuda Nil karena menderita Asam Urat, Kolesterol, dan Kencing Manis. Sepanjang sesi hanya tertunduk mengantuk. Hanya sekali sekali mengangkat kepala untuk menguap dan tidur lagi. Lucunya, ketika saya mengikuti diklat jabatan yang mewajibkan peserta bertanya, pserta tipe Kuda Nil sekali-sekali mengangkat kepala untuk bertanya, kemudian tertidur kembali tidak perduli jawaban yang diberikan penyaji.
Tipe Capung Cebok: Untuk menghindarkan salah bicara yang bisa menjadi dosa dan celaka, setiap saya pulang kampung dan menjenguk Emak aya ke Stabat - Sumut, saya tidak pernah berlama-lama. Paling lama setengah jam, ngobrol sekilas, ninggalin uang jajan, kemudian pamit dan menginap di Medan. Emak saya selalu complain dengan bahasa jawa Delinya. Kue iku nak teko rene koyo kinjeng cewok.
Bahasa Indoensianya:” kamu itu kalau datang kemari seperti capung cebok. Maksudnya datang sebentar terus pergi lagi Ya mungkin kita masih ingat ketika kita mancing di kali. Ada capung hinggap di batang pancing kemudian cebok sebentar ke air dan hinggap lagi. Peserta diklat tipe capung cebok seperti itu. panas pantatnya, sehinga tidak betah duduk. Sebentar sebentar pamit keluar untuk piis, ber sms atau lainnya. Banyak alasannya, ada panggilan atasan lah, agak sakit perutlah dan lain sebagainya. Tetapi, peserta tipe ini ketika selesai penutupan justru paling depan menuju meja panitia untuk menandatangani honornya. he he he
Semoga Bermanfaat!
0 saran,Bagaimana Menurut Anda??klik disini:
Posting Komentar